Perubahan yang ditawarkan arsitektur hari -- hari ini bukan lagi keistimewaan, namun menjadi kewajiban  mengingat bahwa bangunan dan lingkungan binaan menjadi salah satu sumber emisi karbon terbesar yang mendorong bencana perubahan iklim.
Perubahan iklim adalah sebuah desain masalah, dan kesepakatan apa pun yang dicapai negara -- negara untuk mengatasinya akan membutuhkan legiun arsitek untuk mewujudkannya.
Arsitektur punya tugas memproduksi bangunan yang hanya membutuhkan sedikit atau tanpa bahan bakar fosil untuk menjalankannya, dan menangani konsekuensi yang sudah muncul karena tidak mengantisipasinya iklim di masa lalu, seperti kota-kota pesisir yang terus-menerus banjir dan perubahan cuaca yang tidak bisa diduga.
Struktur politik, ekonomi, dan budaya baru yang diperlukan untuk mewujudkan reformasi hijau ini perlu diekspresikan dalam gaya arsitektur baru; perubahan besar bagi umat manusia membutuhkan monumen baru. Arsitek yang dilatih untuk membayangkan dunia bukan sebagaimana adanya, tetapi sebagaimana mestinya terus memiliki peran penting dalam kehidupan kita sekarang dan ke depan.
Baca juga: "Mengamati Struktur Urban Sydney Metropolitan, Sesaat Sebelum Menjadi Seorang Arsitek" oleh Christie Damayanti
Selamat Hari Arsitektur Nasional (18 Maret).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H