Proses vaksinasi untuk melawan coronavirus terhambat setelah penggunaan vaksin buatan AstraZeneca dihentikan untuk sementara. Penghentian oleh 8 Negara terjadi setelah ditemukannya kasus pembekuan darah dari peserta penerima vaksin AstraZeneca.
Negara-negara Uni Eropa menyatakan penangguhan tersebut dilakukan sebagai tindakan pencegahan, bukan penolakan. Mereka masih mempelajari kasus yang ada, walaupun indikasi awal mengatakan bahwa kasus pembekuan darah tidak berkaitan dengan penggunaan vaksin.
Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa mereka menunda penggunaan vaksin AstraZeneca sembari menunggu kajian lebih lanjut dari BPOM dan Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI). Pada minggu lalu, BPOM menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin AstraZeneca.
Pihak AstraZeneca sendiri mengatakan bahwa data yang dihimpun dari 17 juta orang yang telah divaksin di Inggris Raya dan Uni Eropa menunjukkan tidak ada bukti peningkatan risiko pembekuan darah usai disuntik vaksin mereka.
"Peninjauan yang cermat terhadap semua data keamanan yang tersedia dari lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris dengan Vaksin COVID-19 AstraZeneca tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia, dalam usia tertentu. kelompok, jenis kelamin, kelompok atau di negara tertentu," ujar perusahaan seperti dikutip dari Reuters, Senin (15/3/2021).
Data penelitian yang diserahkan oleh AstraZeneca untuk mengamankan izin guna darurat kepada Organisasi Kesehatan Internasional (akronim: WHO) sendiri tidak memberikan indikasi antara vaksin dengan pembekuan darah.
Sempat dipuji sebagai vaksin yang lebih terjangkau dan penyimpannanya lebih mudah, muncul pertanyaan atas keamanan dan kemanjuran vaksin AstraZeneca. Berikut fakta bagian pertama terkait vaksin AstraZeneca.
1. Siapa yang membuat vaksin AstraZeneca?
Vaksin Oxford-AstraZeneca, ChAdOx1 nCov-19 AZD1222 dikembangkan dan diproduksi oleh tim dari Universitas Oxford dan perusahaan farmasi Inggris-Swedia, AstraZeneca. Tim peneliti termasuk ilmuwan dari Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group.
2. Vaksin apa itu AstraZeneca dan bagaimana cara kerjanya?
Vaksin AstraZeneca bukanlah vaksin mRNA seperti Moderna dan BioNTech-Pfizer, tetapi vaksin virus vektor. Vaksin ini menggunakan vektor modifikasi virus pada simpanse yang sebelumnya telah dilemahkan dari virus flu biasa. Vaksin tersebut mengangkut protein permukaan SARS-CoV-2 ke sel manusia, di mana ia memicu respons kekebalan terhadap virus corona.
Baca juga: "Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia: Manfaat dan Cara Mendapatkan di Indonesia"