Kelelahan berlebihan yang berhubungan dengan fisik, mental, dan emosional di tempat kerja sering kita kenal sebagai istilah burnout. Lingkungan kerja yang penuh dengan pekerja yang stres karena pekerjaan bisa juga disebut burnout. Dan hal tersebut sering terjadi di dunia kerja modern.
Kelelahan dapat terjadi karena dinamika kerja yang penuh dengan tantangan, hambatan, dan kesulitan yang cukup rumit dan kompleks.
Pekerjaan yang diberikan kantor atau leader tidak dapat diselesaikan dengan cepat dan tangkas. Pekerjaan juga seakan-akan tidak ada habisnya dan menguras waktu. Semua itu membuat karyawan bekerja terlalu keras.
Dengan beban kerja yang berlebihan seperti itu, para karyawan cenderung mengorbankan kehidupan personal dan kesehatan mereka. Belum lagi kalau mereka tidak mendapatkan aspresiasi dari leader atau kantor.
Hal tersebut mendorong mereka merasa frustrasi dengan pekerjaan. Dengan demikian mereka merasa tidak ada tantangan kerja dan tanpa tanggung jawab pekerjaan.
Apalagi kalau karyawan merasa diremehkan dan diacuhkan oleh leader dan kantor. Akibatnya mereka merasa tidak punya peranan penting di kantor.
Dari kondisi tersebut mereka dapat mengalami penurunan motivasi kerja. Tidak bisa disalahkan karena dari masalah tersebut, mereka akan berpikir kalau diri mereka tidak kompeten dalam menjalankan tuntutan pekerjaan.
Kalau kita amati peranan setiap posisi pekerja di kantor yang melibatkan karyawan(tim), leader, dan kantor. Dari sana sebenarnya masing-masing memegang peranan yang penting untuk mencegah terjadinya burnout.
Terutama bagi leader terhadap karyawan dalam sebuah tim yang dipimpinnya. Harus ada interaksi yang positif. Interaksi positif tersebut bisa berupa apa saja yang mendukung para anggota tim. Kita bisa menyebutnya sebagai teamwork yang baik.
Sebagai leader yang baik kamu harus memiliki tugas untuk memastikan tim merasa didukung. Tim juga harus mempunyai akses berupa sumber daya untuk berkomunikasi menghadapi burnout.