Mohon tunggu...
Willi Andy
Willi Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Berjuang dengan sungguh-sungguh tanpa lelah dan penuh perhatian

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Sukses dan Kaya Sebelum Tua, Mengapa Tidak?

30 Juni 2022   03:55 Diperbarui: 30 Juni 2022   05:34 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kaya raya (Sumber: Beer2050 via lifestyle.kompas.com)

Ketika saya membaca artikel di laman kompas.com tentang jumlah penduduk Indonesia pada 2022 dengan perbandingan di tahun 2020, terdapat beberapa informasi penting tentang sensus jumlah penduduk berdasarkan berbagai tolak ukur yang dipakai.

Jumlah penduduk di Indonesia dibagi berdasarkan beberapa penggolongan. Penggolongan itu adalah hasil dari versi Kemendagri, perbandingan kelahiran dan kematian penduduk Indonesia, jumlah penduduk di tingkat provinsi, kabupaten atau kota, jenis kelamin dan usia.

Dari sini sesuai dengan topik pilihan Kompasiana dengan tema "Jangan Tua Sebelum Kaya", mari kita bahas tentang populasi Indonesia dan lanjut ke masalah dan solusi dari penduduk Indonesia yang berada di usia produktif.

Kalau kita amati beberapa negara di dunia, Indonesia memiliki tingkat populasi penduduk yang sangat tinggi. Posisi ini sangat mencengangkan, yaitu Indonesia berada di urutan ke empat.

Populasi Indonesia yang sangat padat sekarang ini umumnya didominasi oleh mereka yang tergolong di usia produktif.

Mereka yang berada di usia produktif yaitu mereka yang berusia berkisar 15-64 tahun.

Ilustrasi golongan produktif (Sumber: Unsplash)
Ilustrasi golongan produktif (Sumber: Unsplash)

Loh kenapa usia 15 tahun tergolong usia produktif? Dan mengapa juga usia 64 masih dimasukkan sebagai usia produktif?

Menurut KBBI, usia produktif adalah usia ketika seorang masih mampu bekerja, berkarya dan menghasilkan sesuatu.

Nah menurut KBBI, penekanan usia produktif lebih ditekankan ketika seseorang masih mampu dan sah untuk bersumbangsih agar bisa menghasilkan pendapatan dan penghidupan yang layak bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun negara.

Jadi cukup adil jika usia produktif adalah 15 sampai 64 tahun. Dari sini di usia 65 tahun dijadikan tolak ukur untuk pensiun dan banyak yang memilih untuk pensiun di usia 65 tahun. Ada juga beberapa rakyat Indonesia yang mulai pensiun sebelum dan sesudah 65 tahun.

Usia produktif Indonesia menduduki jumlah terbanyak dan jika ditinjau dari persentase dari generasi ke generasi di Indonesia, generasi X, generasi milenial dan generasi Z lah yang tertinggi. Hanya saja di generasi Z masih ada beberapa usia yang masih belum dihitung produktif.

Kompas.com
Kompas.com

Jumlah usia produktif jika dijumlahkan maka akan menghasilkan lebih dari 70%, lebih dari separuh penduduk Indonesia secara keseluruhan. Inilah bonus demografi bagi negara Indonesia.

Seperti kita ketahui, kehidupan di zaman sekarang ini memiliki berbagai macam tantangan.

Tantangan hidup ini berupa tingginya harga kebutuhan pokok dan biaya hidup yang tinggi. Saingan yang ketat dalam mencari lowongan pekerjaan dan saingan usaha.

Belum lagi jika harus berhadapan dengan alam seperti cuaca yang ekstrim panas, polusi, menjaga kesehatan termasuk mencukupi gizi dari makanan.

Inilah tantangan bagi para generasi di atas yang dituntut untuk bekerja dan berkarya demi penghidupan diri sendiri dan keluarga serta masyarakat.

Ketika Covid-19 masuk ke Indonesia di awal tahun 2020, banyak usaha dan pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan seperti biasanya. Syukurlah sekarang ini, kita mengarah ke arah yang lebih baik dari wabah Covid-19.

Saat itu pekerjaan dan usaha harus dieksekusi langsung di lapangan dan harus dengan tatap muka, kendala itu mengakibatkan dampak yang besar bagi perekonomian.

Para generasi di atas harus memiliki jalan keluar dengan menempatkan lebih banyak pekerjaan dan usaha secara online.

Jalan keluar tersebut cukup membawa dinamika perekonomian tetap berjalan dan berputar meskipun pada awalnya harus belajar dan menyesuaikan diri.

Dari sini banyak perusahaan start up atau rintisan yang bermunculan. Perusahaan tersebut banyak yang bergerak di dunia digital dan sebagian besar aktivitas harus dilakukan secara online.

Apa saja bisa dilakukan secara online seperti ketika berbelanja, berkunjung ke dokter atau ke tempat layanan seperti bank, pelatihan dan sekolah bahkan dalam hal kerohanian.

Inilah cikal bakal perekonomian Indonesia yang akan maju di dalam negeri maupun ke luar negeri.

Mereka yang masih di usia produktif bisa mengikuti berbagai macam kelas pelatihan dalam hal keterampilan dan pengetahuan. Ini merupakan cara agar bisa beradaptasi pada dunia digital yang serba online dan dinamis.

Di samping itu mereka harus belajar untuk hidup seimbang. Kehidupan seimbang adalah di mana seseorang mengetahui pendapatan dan pengeluaran. Dia menjalani kehidupan yang seimbang dengan tidak terlalu boros dan tidak terlalu berhemat.

Kehidupan seimbang seperti neraca timbangan yang di mana kedua timbangan berada di level yang sesuai dan tidak berat di sebelah, baca pengeluaran. 

Di sinilah seorang bisa hidup dengan menjaga pengeluaran lebih sedikit daripada pemasukan. Atau pemasukan lebih besar daripada pengeluaran.

Pengeluaran yang besar adalah pola hidup yang terlalu boros seperti berfoya-foya, berjudi, ketagihan minuman keras dan obat-obatan terlarang. 

Dan terpenting juga agar tidak berada di dalam pergaulan yang buruk.

Terakhir adalah untuk selalu bekerja keras dengan penuh semangat ibarat lebah-lebah madu yang sangat rajin mengumpulkan sari bunga setiap hari mulai dari pagi sampai petang.

Nah dengan demikian semoga di hari tua kita terjamin dan tidak membebani anak-anak. Syukur-syukur di usia produktif sudah bisa menjadi sukses dan kaya. Kalau bisa sukses dan kaya sebelum tua, mengapa tidak?


****

Referensi 1 dan 2.

Penulis Willi Andy, seorang wirausahawan yang bergerak di bidang retail secara offline dan online di California Selatan.

Juni 2022.

Artikel ditulis untuk Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun