Kita adalah manusia sosial, hidup bermasyarakat. Ini dapat kita telusuri semenjak kita lahir di dunia. Sejak ibu mengandung, maka ibu akan menjaga janin selama kurang lebih sembilan bulan. Ayah bekerja mencari nafkah, dan kadang ibu ikut membantu. Serta sudah selayaknya ayah membantu ibu dalam urusan rumah tangga. Ayah dan ibu adalah sangat membantu dalam hal ini.Â
Ketika ibu bersalin, pastinya ibu dan bayi memerlukan bantuan medis di rumah sakit yang harus ditangani oleh dokter kandungan dan perawat lainnya.
Sewaktu kita besar sebagai balita, orang tua tetap merawat, memberi makan, menemani kita tidur. Kadang kita juga memiliki perawat yang tinggal bersama di rumah.
Setelah kita berusia anak-anak, kita mulai masuk sekolah taman kanak-kanak. Disana kita akan bermain sambil belajar bersama teman-teman lainnya yang dituntun oleh guru-guru kompeten.
Ketika kita memasuki masa remaja sampai dewasa, disinilah kita harus lebih waspada dalam hal memilih teman. Siapa yang harus kita anggap sebagai teman sesungguhnya dan siapa yang harus kita hindari.
Ada beberapa kriteria yang dapat kita jadikan acuan siapa yang dapat menjadi teman "toxic" baca tidak baik atau palsu. Dan tentunya ada juga acuan siapa saja yang merupakan teman sejati atau sesungguhnya.
Teman toxic:
1. orang yang mengambil seluruhnya.
2. orang yang banyak bicara.
3. orang yang suka menyanjung (dalam hal berpura-pura).
4. teman yang "selalu" berfoya-foya.
Berikut ini adalah penjelasannya.
1. Orang yang mengambil seluruhnya dapat dilihat sebagai seorang teman palsu dengan empat alasan:
- [ ] ia mengambil semuanya (serakah).
- [ ] ia menginginkan banyak dengan mengeluarkan sedikit (perhitungan).
- [ ] apa yang harus ia lakukan, ia dikerjakan karena alasan takut.
- [ ] ia mencari demi dirinya sendiri (egois).
2. Orang yang banyak bicara dapat dilihat sebagai seorang teman palsu untuk empat alasan:
- [ ] ia hanya membicarakan masa lampau.
- [ ] ia hanya membicarakan masa depan.
- [ ] ia mengucapkan omong kosong tentang belas kasihan.
- [ ] ketika suatu harus dikerjakan, ia menghindar dengan alasan karena tidak mampu sehubungan dengan alasan tertentu.