Sebagai orang Maluku asli dan didorong oleh rasa ingin tahu yang mendalam tentang sejarah asal usul keturunan nenek moyang suku bangsanya sendiri, maka penulis berusaha membagikan ‘segelintir’ fakta-fakta dan ‘mitos’ sejarah nenek moyang orang Maluku, suku bangsa Alfuros (Alifuru) yang mengalir di dalam darahnya, di mana segelintir fakta dan ‘mitos’ sejarah nenek moyang bangsa Alifuru itu sendiri berusaha ditampilkan oleh penulis secara obyektif agar kebenaran tentang asal muasal nenek moyangnya tersebut dapat ‘berdiri tegak’ tanpa dipengaruhi oleh sentimen pribadi maupun kepentingan-kepentingan lain penulis yang terkandung di dalamnya dengan harapan penulis sendiri dapat mengetahui jejak-jejak masa silam nenek moyangnya sebagai warisan paling berharga bagi generasi penerus suku bangsa Alifuru.
Sejarah asal usul nenek moyang dan jejak-jejak sejarah orang Maluku sendiri bagi penulis merupakan sejarah yang membentang sangat panjang. Menurut catatan seorang Antropolog A.H. Keano, penduduk pribumi di Kepulauan Maluku (Pulau Seram) ialah suatu suku bangsa Aliforos (Alfuros) yang mana suku bangsa Aliforos (Alifuru/Alfuros) ini juga terdapat di pulau Halmahera di Maluku bagian utara. Ia berpendapat bahwa suku bangsa Alfuros ini berasal dari campuran ras Mongoloid dengan suku bangsa Melanesia. Suku bangsa Alfuros inilah yang pada awalnya mendiami kepulauan Maluku di mana pemukiman pertama mereka berpusat di pulau Seram,Maluku Tengah dan di sana pula bermula suatu kerajaan Maluku kuno bernama Nunusaku. Asal kata kepulauan Maluku ini sendiri bagi sebagian kalangan di Maluku identik dengan rumpun bahasa Aram kuno dengan asal kata Molokh yang berarti raja, sebagian menyebutnya dengan sebutan Malik dalam bahasa Arab dan sebagian lainnya menyebut dengan sebutan Maloko (Buku Sejarah Maluku) yaitu gelar yang diberikan kepada seorang kepala daerah dan memang kepulauan Maluku sendiri berarti kepulauan raja-raja atau negeri para raja yang mana pada setiap negeri di Maluku memang memiliki raja dan pemerintahannya sendiri-sendiri dan bahkan di hampir sebagian besar daerah di kepulauan Maluku masih menerapkannya sampai pada hari ini. Tidak ada satu negeri pun di Maluku yang tidak memiliki seorang raja dan pemerintahannya sendiri.
Adapun ‘aroma’ bahasa Aram kuno yang tercium pada asal kata Maluku ini masih dalam penelusuran penulis. Nama kepulauan Maluku itu sendiri sejak berabad-abad lalu sudah menjadi primadona di seluruh dunia seperti harumnya wangi rempah-rempah asal Maluku yang menjadi komoditi paling berharga di zaman itu. Sejarah mencatat bahwa nama Maluku sudah terdengar di Persia,Asyiria semenjak 300 tahun S.M dan ini dibuktikan dengan peninggalan dalam catatan-catatan sejarah yang ada di sana. Peradaban orang Maluku sudah dimulai sejak kurang lebih 2300 tahun yang lalu dan perdagangan rempah-rempah sudah dimulai saat itu dengan kekaisaran Romawi sebagai kekaisaran yang paling berkuasa saat itu yang kemudian bersatu dengan kekaisaran dari timur yaitu kekaisaran China yang adalah bangsa pedagang (The Cambridge History of Africa ("Sejarah Afrika menurut Cambridge") (1975).Jalur-jalur perdagangan masa itu sudah terbuka dengan jalur perdagangan melalui lautan sehingga memungkinkan pelayaran-pelayaran yang dilalui oleh para pedagang China dan mitra dagang mereka berlayar melewati Laut Merah ke kepulauan rempah-rempah (The Spice Islands) serta membuka jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku untuk masuk ke timur tengah dan daerah-daerah kekuasaan Romawi lainnya. Mengutip dari sebuah catatan sejarah, para pedagang China sudah sampai di kepulauan Maluku pada 300 tahun S.M dan kepulauan Maluku disebut dengan sebutan ‘Miliku’.
Fakta sejarah yang sama juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Universitas Brown,USA dengan Yayasan Warisan dan Budaya Banda Naira dan Universitas Pattimura pada tahun 1996 yang dipelopori oleh sejarawan Maluku Des Alwi menemukan bahwa kapal-kapal China sudah berdagang rempah-rempah di Banda pada awal abad Masehi seiring ditemukannya pecahan piring-piring kuno dari zaman Dinasti Ming dan juga pecahan tempayan dari tanah liat di pulau Banda. Bahkan pada masa sebelum awal abad Masehi dan sesudah masehi sudah ada perdagangan rempah-rempah di Maluku. Dengan demikian fakta pertama penulis  ketahui bahwa suku bangsa Alifuru nenek moyang orang Maluku sudah eksis sejak sebelum abad Masehi.
Bersambung …......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H