Apa Anda pernah mendengar seseorang berkata bahwa bahasa Inggris tidak penting? Atau pernah mendengar bahwa bahasa Mandarin atau Spanyol akan menggantikan bahasa Inggris di kancah dunia Internasional? Saya yakin banyak dari kita setidaknya pernah mendengar kalimat itu satu atau dua kali.
Alasan yang sangat sederhana kenapa bahasa Mandarin atau Spanyol di katakan mampu menggusur posisi bahasa Inggris sebagai “predator” bahasa, artinya sebagai bahasa yang tingkat kepentingannya paling tinggi, karena banyak dari kita hanya melihat kegunaan bahasa dari jumlah penuturnya. Tentu jika kita lihat bahasa Mandarin dan bahasa Spanyol, kita akan merasa bahwa mereka akan menjadi bahasa utama jika kita melihat hanya dari sisi jumlah penuturnya. Namun, kita sendiri harus melihat fungsi dan banyaknya konten yang tersedia di dalam bahasa-bahasa tersebut.
Pertama, jika kita bicara mengenai fungsi, sudah jelas bahasa Inggris di gunakan di dalam berbagai macam industri, domain atau bahkan acara-acara. Saat kita mau berbisnis dengan orang asing, bahasa yang otomatis akan keluar adalah bahasa Inggris meskipun mungkin bahasa Inggris kita “
seala kadarnya” Namun itu adalah respon otomatis kita.
Hal itu di karenakan bahasa inggris sudah menjadi yang banyak orang sebut sebagai lingua franca. Dalam artian, bahasa inggris adalah jembatan bagi orang-orang yang tidak memiliki kesamaan dalam bahasa. Di dalam kancah perpolitikan, bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang di gunakan di PBB, dari sini saja kita sudah dapat melihat betapa pentingnya bahasa Inggris.
Kemudian, jika kita melihat acara Miss Indonesia khususnya, meskipun terdengar sedikit lucu, namun kita terkadang melihat kecerdasan Miss Indonesia dari bagaimana mereka meresponi pertanyaan yang di berikan dalam bahasa Inggris, meskipun terkadang ada beberapa dari mereka bahkan yang tidak lancar berbahasa Indonesia.
Tapi, kita melihat bahwa bahasa Inggris di gunakan dalam berbagai acara, sekarang-sekarang ini para tokoh agama, mungkin khususnya pendeta-pendeta di gereja yang menggunakan atau mencampurkan bahasa Inggris ke dalam ceramah mereka. Terkadang kita pun menggunakan bahasa Inggris untuk ngobrol dengan teman, dan itu sudah menjadi hal yang lumrah bagi kita.
Kedua, kita melihat dari segi konten dalam bahasa Inggris. Meskipun akhir-akhir ini banyak konten-konten yang muncul dalam bahasa Spanyol, dan Tweets juga banyak dalam bahasa Spanyol. Namun, konten-konten informasi baik itu yang berupa tulisan, suara ataupun visual masih di dominasi oleh bahasa Inggris.
Saya tahu banyak orang yang tidak bisa mendapatkan informasi yang Ia inginkan hanya karena informasi tersebut hanya tersedia di dalam bahasa Inggris dan tidak tersedia di dalam bahasa mereka. Sebagai contoh, banyak orang Tiongkok yang lebih memilih menggunakan Baidu karena informasi dalam bahasa Mandarin lebih banyak tersedia di website tersebut di bandingkan dengan Google. Saat ini banyak sekali cara untuk belajar bahasa asing, Internet menyediakan hampir semua bahasa.
Saya tahu orang-orang membagikan konten-konten yang mengajari kita bagaiamana berbicara di dalam bahasa Finlandia, Islandia, atau negara-negara yang bahkan kita sendiri mungkin tidak tahu. Tapi, semuanya hanya tersedia di dalam bahasa Inggris. Sedangkan, konten-konten yang tersedia dalam bahasa Indonesia, atau mungkin bahasa Tagalog lebih sedikit di bandingkan dengan bahasa Inggris.
Lalu, kenapa pembuat konten tidak membuatnya lebih me-lokal? Banyak dari orang Indonesia sendiri yang membuat konten di dalam bahasa Inggris karena memiliki satu tujuan, yaitu pasar yang lebih besar.
Tentu untuk beberapa pembuat konten dalam format video bisa mencantumkan subtitle di dalam videonya, tapi bagaimana dengan audio atau buku? Tentu akan sangat sulit untuk mencapai hal tersebut. Sehingga, banyak dari mereka yang membuat konten dalam bahasa Inggris demi pembaca atau penonton yang lebih berkualitas dan lebih besar.