Kegiatan ekskursi yang dijalankan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido merupakan bagian dari program pendidikan SMA Kolese Kanisius. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan kehidupan pesantren kepada siswa sekolah umum. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dua malam dan melibatkan 23 peserta SMA Kolese Kanisius. Program ini dirancang untuk memberikan pemahaman tentang dinamika kehidupan pesantren yang penuh dengan toleransi, kedisiplinan, dan nilai-nilai kebersamaan. Para peserta diajak untuk merasakan langsung suasana belajar dan hidup para santri yang sarat dengan nilai-nilai religius dan budaya lokal di dalam Pesantren Daarul Uluum Lido. Tujuan utama dari ekskursi ini adalah membangun toleransi antar budaya dan meningkatkan pemahaman siswa SMA Kolese Kanisius terhadap keberagaman yang ada di Indonesia.
Pada hari pertama, peserta tiba di pesantren dengan disambut oleh para santri dan pengajar. Setelah acara pembukaan, mereka diajak untuk mengenal lingkungan pesantren melalui tur keliling. Peserta diperkenalkan pada fasilitas yang tersedia, seperti masjid, asrama, ruang kelas, dan tempat kegiatan ekstrakurikuler. Malam pertama diisi dengan kegiatan yang menarik, yaitu mengikuti pesta demokrasi pemilihan pengurus organisasi santri. Hari kedua dimulai dengan shalat Subuh, dilanjutkan dengan kegiatan belajar bersama para santri di kelas. Di hari terakhir, kegiatan diakhiri dengan pentas seni yang menampilkan bakat-bakat para santri sebelum para peserta ekskursi kembali ke tempat asal mereka.
Kehidupan di pesantren memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan kehidupan di sekolah umum. Rutinitas di pesantren dirancang dengan jadwal yang sangat terstruktur, yang mencakup kegiatan ibadah, belajar, makan, dan istirahat. Santri menjalankan semua kegiatan tersebut secara bersama-sama dalam sebuah sistem yang terorganisasi dengan baik. Sebaliknya, di sekolah umum, siswa diberikan kebebasan lebih besar untuk mengatur waktu mereka sendiri. Jadwal kegiatan di sekolah umum sering kali lebih fleksibel dan tidak seketat yang diterapkan di pesantren.
Pesantren juga menekankan nilai kebersamaan dalam hampir semua aspek kehidupan. Kegiatan seperti makan bersama, belajar kelompok, dan ibadah berjamaah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Di sisi lain, sekolah umum lebih berfokus pada pengembangan individu dan memberi ruang yang lebih besar bagi siswa untuk mengekspresikan diri secara mandiri. Meski berbeda, kedua sistem pendidikan ini memiliki keunggulan masing-masing. Pesantren mengajarkan pentingnya disiplin dan kebersamaan, sedangkan sekolah umum membangun kemandirian dan tanggung jawab pribadi.
Disiplin yang diterapkan di pesantren terlihat jelas dalam rutinitas sehari-hari. Semua santri bangun tepat waktu untuk melaksanakan salat Subuh berjamaah. Tidak ada pengingat tambahan seperti alarm, namun santri tetap menjalankan rutinitas ini dengan konsisten. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan mengaji, sarapan, dan menghadiri kelas pembelajaran. Rutinitas ini tidak hanya mendidik santri untuk disiplin waktu, tetapi juga membentuk karakter yang bertanggung jawab.
Ilustrasi lain yang mencerminkan kedisiplinan adalah pengaturan waktu yang efisien untuk kegiatan belajar, ibadah, dan ekstrakurikuler. Misalnya, setelah selesai belajar di kelas, santri langsung melanjutkan ke kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni, atau diskusi kelompok. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia dalam rutinitas mereka. Selain itu, santri juga diajarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan asrama dan ruang belajar. Kebiasaan ini menunjukkan bagaimana sistem pesantren menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ekskursi melibatkan partisipasi aktif para peserta dalam aktivitas sehari-hari para santri. Salah satu contoh nyata adalah saat peserta mengikuti pembelajaran di kelas bersama santri. Dalam sesi pembelajaran ini, para santri menunjukkan sikap menghormati pendapat satu sama lain, meskipun ada perbedaan pandangan. Pengalaman ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana pesantren menanamkan nilai toleransi di lingkungan belajar.
Contoh lain yang menarik adalah penyelenggaraan diskusi kelompok tentang keberagaman. Dalam diskusi tersebut, para santri berbagi pengalaman mereka dalam menghadapi perbedaan budaya dan latar belakang. Para peserta ekskursi juga diajak untuk ikut serta dalam pentas seni yang menjadi penutup kegiatan. Pentas seni ini menampilkan beragam bakat santri dan siswa berupa menyanyikan lagu bersama, menari bersama, pembacaan puisi, dan seterusnya. Kegiatan ini menunjukkan bahwa pesantren tidak hanya mengajarkan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga memberikan ruang untuk kreativitas dan ekspresi seni.
Sistem pendidikan di pesantren telah terbukti efektif dalam membangun kebiasaan disiplin dan nilai kebersamaan. Lingkungan pesantren yang terorganisasi dengan baik menjadi faktor utama yang mendukung keberhasilan pembentukan karakter santri. Jadwal yang konsisten dan ketat memberikan kesempatan kepada santri untuk mengoptimalkan waktu mereka dalam berbagai kegiatan positif. Sistem ini juga memberikan bukti bahwa kedisiplinan kolektif dapat diterapkan tanpa mengurangi peluang santri untuk mengembangkan potensi kreatif mereka.
Selain itu, pesantren juga berperan dalam membangun keterampilan sosial dan emosional santri. Kehidupan yang penuh dengan kebersamaan mengajarkan pentingnya saling mendukung dan menghormati satu sama lain. Dalam lingkungan ini, santri diajarkan untuk menjadi individu yang tidak hanya disiplin, tetapi juga peduli terhadap orang lain. Nilai-nilai ini menjadi landasan penting dalam menciptakan generasi muda yang berintegritas dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.