Mohon tunggu...
William Jefferson Ling
William Jefferson Ling Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - ​

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Toleransi dalam Langkah Nyata

23 November 2024   00:02 Diperbarui: 23 November 2024   00:04 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Kanisius dan Amanah Muhammadiyah/dokpri

Akhirnya ketika sampai di pondok pesantren, kami langsung disambut dengan sangat hangat oleh para santri dan langsung diarahkan ke auditorium untuk pembukaannya yang dapat dikatakan berjalan sebagaimana mestinya.

Namun, semuanya berubah ketika pembukaan tersebut berakhir. Kami langsung berdinamika dengan santi secara langsung, dan percakapan yang dilakukan sudah langsung sama seperti cara kami berbicara ke teman dekat. Tanpa mempermasalahkan suku atau agama, mereka langsung memperkenalkan kami ke lingkungan pesantren, dan setiap kali kami bertanya tentang kebudayaan mereka, mereka selalu menjawab dengan senang hati. Kita berbicara bersama, bercanda bersama, dan paling pentingnya belajar bersama

Kehidupan Berbeda

Saat mereka memperkenalkan kami ke lingkungan sekitar, kami juga mulai mengetahui seberapa bedanya kehidupan mereka dibandingkan siswa SMP/SMA yang biasanya dijumpai. Jika biasanya kami pulang pergi dari sekolah setiap harinya, mereka selalu menetap di tempat yang sama dan kesempatan untuk bepergian sangatlah jarang. Yang menarik, penggunaan gawai dilarang di pesantren, sehingga para santri memanfaatkan waktu untuk berdiskusi, berdinamika, atau mengikuti kegiatan produktif lainnya.

Sebagai pondok pesantren, pastinya mereka mendapatkan pendidikan agama yang lebih mendalam, tetapi ternyata toleransi agama masih diteguhkan dengan kuat, dan hal tersebut dapat dilihat langsung saat awal penerimaan kedatangan kami. Konsep tinggal di sekolah juga berarti melakukan seluruh kegiatan keagamaan di lingkungan pesantren, mulai dari bangun tidur subuh untuk berdoa, mengikuti pelajaran pada pagi harinya, mengikuti ekstrakurikuler pada siang menjelang hari, dan kembali melanjutkan rutinitasnya, termasuk berdoa lagi pada sisa harinya.

Selain itu, jika kurikulum SMA hanya mewajibkan sekitar 12 pelajaran, para santri harus menghadapi 32 pelajaran dalam kesehariannya, suatu hal yang harus dihargai terkait dengan ketekunan dan ketahanan mereka belajar di pesantren.

Setelah mengikuti ekstrakurikuler bersama pada hari pertama, kita melakukan diskusi bersama di masjid mereka yang sangatlah detail. Pada awalnya dibuka dengan perwakilan setiap sekolah yang berbicara kepada yang lain. Kami diajarkan cara mengenakan sarung dengan benar, dan sebaliknya perwakilan Kanisius menyampaikan kesehariannya sebagai sekolah katolik.

Berikutnya dilanjuti dalam kelompok kecil untuk diskusi yang lebih mendalam. Salah satu dari kami cukup tertarik pada bagaimana mereka dapat mempersiapkan studi lanjutnya walau mereka tertutup dari informasinya, dan kami juga merasa terkejut atas kemampuan mereka, belajar secara mandiri, aktif mencari informasi, dan membuktikan bahwa keterbatasan teknologi bukanlah halangan untuk mempersiapkan masa depan.

Hal-hal tersebut sudah cukup jelas juga bahwa pondok pesantren muhammadiyah Amanah bukanlah hanya sekolah islam yang mengajarkan pendidikan islam dan hanya mementingkan satu hal saja.

Pengalaman Tak Terlupakan

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kami semua sudah siap untuk mengikuti pembelajaran bersama mereka untuk mengetahui apa perbedaan mereka. Tetapi sedikitnya yang kami tahu, ternyata mereka bersedia melampaui pikiran kita dan memberikan perjalanan khusus mengikuti komunitas pecinta alamnya dan mendaki gunung galunggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun