Mohon tunggu...
William Jefferson Ling
William Jefferson Ling Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - ​

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Perkembangan Kanisius Melalui CC Cup

19 September 2024   00:00 Diperbarui: 19 September 2024   00:41 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seberapa meriahnya melihat kembali acara perlombaan pada kalangan lingkungan sekolah, dengan kompetisi dan acara yang sangat lengkap dari awal sampai akhirnya. Namun apabila perlombaan tersebut dilakukan berulang-ulang kali dalam jangka waktu yang lama, apalagi kalau sudah dilakukan 38 kalinya, maka dapat terlihat perkembangan generasi siswa yang telah berpartisipasi dari tahun ke tahun.

Canisius College Cup (CC Cup) merupakan acara kompetisi tahunan yang sudah sukses dilakukan oleh Kolese Kanisius Jakarta dan merupakan kegiatan utama sekolah yang terkenal sampai seluruh jabodetabek. Karena itu, kegiatan seperti ini dapat mengetahui apa perkembangan yang sudah terjadi, sampai apa yang akan dilakukan sebentar lagi dalam pelaksanaan ke 39 kalinya. 

Baik mereka yang terlibat aktif sebagai atlet, maupun mereka yang lebih pasif dalam kepanitiaan, semua punya ceritanya masing-masing terkait perkembangannya. Saya sekarang pada saat ini sebagai siswa sekaligus panitia mungkin dapat memberikan gambaran sedikit tentang apa yang sudah terjadi, terutama tentang perkembangan sekolah dan diri saya sendiri.

Pertama saat CC Cup terjadi, bagian SMA dan SMP belum bergabung, dan hal tersebut menciptakan beberapa efek. Salah satunya berarti CC Cup secara murni diurusi dan diselenggarakan oleh pihak SMA, dengan SMP mempunyai kegiatannya sendiri dalam POR CC (Pekan Olahraga Canisius College) yang walau mirip, juga memiliki perbedaan. Sebagai sedikit narasi dan latar belakang, dari awalnya saya masuk ke SMA, saya langsung "dilatih mentalnya" dengan hal yang mungkin tidak terasa menyenangkan, tetapi sedikitnya saya tahu bahwa itu akan berpengaruh pada kegiatan besarnya. Dari dulu sampai sekarang, seluruh siswa diwajibkan menjadi panitia, sebab seluruh kegiatannya berasal dari siswanya sendiri, guru hanya pendamping.

Pada tahun pertama, saya terpaksa mengikuti panitia taskforce, sebab saya tidak sepenuhnya lulus dalam pelatihan mentalnya. Taskforce secara singkat jika saya dapat jelaskan dalam satu kalimat adalah panitia yang "membantu" mencari peserta serta "membantu" seksi lain, tetapi sebenarnya terasa seperti pekerjaan paksaan. 

Namun, saya mendapatkan seksi yang saya inginkan saat tahun keduanya, meski semangat saya tidak sekuat dulunya karena sudah terbiasa dengan lingkungan sekolah, hingga akhirnya sampai masa sekarang, saat saya memilih seksi yang sama mempersiapkan tahun ketiga. Untuk persiapan tersebut, tidak ada yang tahu secara pasti apa yang akan datang atau saya rasakan, tetapi satu hal yang saya tahu adalah apa yang akan terjadi berikutnya hanya dapat diusahakan sebaik mungkin oleh setiap panitianya.

Melihat kembali pada pengalaman tersebut, saya merasa perkembangan yang dialami diri dan sekolah dapat terlihat jelas dari pengalaman tersebut. Kanisius terus beradaptasi dengan seluruh perubahan yang terjadi pada zaman modern ini, dan hal tersebut juga diikuti oleh siswanya. Jika dulunya saya yang mempunyai semangat tinggi walau belum berpengalaman, sekarang saya merasakan kebalikannya. 

Dari segala kegiatan sekolah pastinya saya sudah mengalami perkembangan yang berarti, baik itu dari pengalaman berpartisipasi, nilai akademis, maupun nilai hidup yang sering diajarkan. Hal tersebut saya merasa sudah ada pada setiap siswanya, tetapi juga terjadi pada institusinya juga. Secara keseluruhan, saya merasa perkembangan tersebut sudah dilakukan dengan baik dan logis, walau mungkin seluruhnya saya tidak setuju.

Dulunya Kolese Kanisius mempunyai kepala sekolah Pater (Pastor) Edu yang umumnya lebih karismatik. Ditambah juga dengan pandangan saya yang masih baru di lingkungan sekolah setelah pandemi, seluruh hal tersebut membentuk suasana yang terasa menyenangkan dan penuh usaha, kalau saja saya tidak dipaksa jadi taskforce. Dalam kegiatannya sendiri tidak ada hal yang banyak berubah, hanya lebih difokuskan saja pada badan SMA karena belum bergabung. Namun, ketika sudah bergabung dalam direksi kepala sekolah Bapak Thomas Gunawan, saya tidak katakan terasa lebih bosan, tetapi karena sudah lebih berpengalaman, maka beberapa hal mungkin sudah terasa seperti formalitas. Jika dulunya saya berusaha seperti pekerja baru dalam pelatihan, tahun kedua saya bekerja seperti pekerja senior yang tetap berusaha ketika diperlukan, namun bisa menghilang saat waktu kosong.

Suatu perkembangan dan proses belajar dari evaluasi merupakan hal yang selalu terjadi, dan merupakan hal penting dalam keberlangsungan seorang maupun suatu institusi. Selama kegiatan ini berlangsung, Kanisius sudah berubah menjadi sekolah yang dengan struktur  pimpinan yang berbeda, diikuti dengan siswanya yang lebih terbiasa dalam seluk beluk lingkungan dan budaya sekolah. Dalam melaksanakan berbagai kegiatan, juga mustahil bahwa semua kegiatan selalu berjalan dengan sempurna, tetapi selalu ada usaha untuk menyempurnakannya demi kegiatan berikutnya. 

Sekolah, atau lebih tepatnya sebagai badan yang membimbing dalam kegiatan seperti ini, seharusnya memahami sudut pandang semua yang terlibat, sehingga para atlet dan panitia bisa merasakan pengalaman terbaik dari kegiatan tersebut. Selain itu, dengan manajemen yang baik, diharapkan para siswa yang baru pertama kali bergabung dalam kepanitiaan dapat termotivasi, sementara para senior tetap memiliki semangat yang tinggi hingga akhir acara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun