Mohon tunggu...
Ndhy Rezha
Ndhy Rezha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Pemula

Social Argument , better thing

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Menyumbang untuk TKI 'Kriminal'

26 Maret 2014   18:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:26 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang ada di kepala sebagian besar masyarakat kita ketika menanggapi rencana eksekusi pancung salah satu TKI yang di dakwa melakukan pembunuhan terhadap majikannya di Arab saudi. Dukungan moril tak hentinya mengalir , bahkan beberapa publik figur secara gamblang mengajak semua pihak untuk mendukung aksi ‘solidaritas’ ini dengan pengalangan dana demi  pembayaran diyat sebesar 21 milliar yang akan menyelamatkan nyawa Satinah.

Persoalan pun timbul ketika ‘kriminal’ dianggap manusiawi.

Dalam kasus Satinah permainan psikologi memang cukup kompleks untuk dipahami. Betapa tidak masyarakat sudah terlanjur diracuni kepalanya untuk aksi dukungan terhadap tindak kriminal dengan menjual asas kemanusiaan dan nasionalisme.

Satinah binti Juamidi Ahmad, di dakwa atas pembunuhan majikan perempuannya pada 2010 lalu. Dakwaan ini telah sah dan membuat status terpidana dalam diri Satinah tak dapat diganggu gugat. Namun rekonsiliasi antara pemerintah RI-Arab saudi menghasilkan kesepakatan pembatalan hukuman pancung apabila pihak Satinah membayar Diyat sebesar 21 Milliar. Angka ini tentu bukanlah jumlah yang sedikit. Pemerintah hanya bersedia membayar 12 milliar untuk pembebasan Satinah. Hal ini dikemukakan oleh Direktur Perlindungan WNI Kementerian luar negeri Indonesia, Tatang Razak .

Namun banyak pihak yang menyatakan Satinah melakukan pembunuhan tersebut untuk melakukan pembelaan diri. Tetapi faktanya hukuman pancung yang di dapat Satinah adalah hasil penyelidikan yang dilakukan pihak Arab Saudi. Terlebih Satinah secara legal menjadi TKI di sana, dan bila memang ia mendapat perlakuan tidak wajar tentu ia berhak melaporkan majikannya pada pemerintah Arab Saudi maupun Indonesia.

Namun mengapa fakta yang terkuak adalah aksi pembunuhan yang dilakukan Satinah?

Apa mungkin majikannya melakukan serangan terhadap Satinah secara spontan tanpa sebab?

Bila memang benar ada percobaan kekerasan terhadap Satinah yang kemudian memancing reaksi membela diri dari Satinah yang mengakibatkan majikannya tewas , sudah barang tentu sebelum kejadian tersebut Satinah telah banyak mengalami aksi kekerasan. Kekerasan yang dilakukan majian Satinah saat terbunuh tentu merupakan klimaks dari akumulasi tindak kekerasan yang dilakukan majikannya tersebut.

Namun mengapa kabar yang sampai di pemerintah justru hukuman pancung bagi Satinah ? mengapa sebelumnya tidak ada laporan dari Satinah tentang aksi kekerasan yang dilakukan majikannya ?

Namun pemerintah justru mendapat kecaman dari berbagai pihak karena dianggap tidak bertanggung jawab atas warga negaranya. Media televisi pun ikut membumbui hal ini dengan tudingan-tudingan tajam yang dihempaskan kepada pemerintah.

Namun bagaimana mungkin pemerintah mengeluarkan dana 21 millar untuk seorang kriminal?

Hal ini tentu tidak logis ketika Indonesia yang disebut-sebut negara Hukum justru mengorbankan dana yang begitu besar untuk seorang kriminal. 21 Milliar adalah dana yang cukup untuk menyelamatkan ratusan jiwa masyarakat kita. Namun dengan nada sendu beberapa orang menyayangkan sikap pemerintah dan mengatakan bahwa tidak ada tanggung jawab atas masalah tersebut.

Mayoritas masyarakat kita telah terjerumus dalam permainan kotor beberapa pihak yang menjual slogan kemanusiaan demi menghapus kejahatan yang dilakukan oleh seseorang. Betapa sulitnya kita memahami bahwa apa yang kita perjuangkan justru menelanjangi negara ini di mata hukum dan keadilan.

Kita mendukung Satinah dengan pertimbangan kemanusiaan, dan menjual nama anak-anak dan keluarga Satinah. Lalu bagaimana dengan perasaan keluarga yang dibunuh ? Apa kita mau memberi toleransi atas hal tersebut ?

Kita mencaci aksi pembunuhan dalam negeri tetapi dalam waktu yang sama mendukung hal tersebut. Kita mencemooh aksi korupsi bahkan nilai terkecil sekalipun tetapi dengan mudahnya mendesak gelontoran dana besar untuk seorang KRIMINAL

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun