Sayangnya, tidak seperti pentas 'membredel perda Syariah', pentas kedua Grace kali ini minim akan sorakan. Dalam waktu singkat PSI tak lagi menjadi bahan obrolan yang mengasyikan.
Semacam tak habis akal untuk menjadi bintang di atas panggung, pentas ketiga Grace pun mengangkat isu korupsi yang tumbuh subur di tubuh partai-partai nasionalis.Â
Fatalnya, hal ini tidak hanya memicu reaksi keras kubu koalisi Prabowo-Sandi melainkan juga petahana yang notabene memiliki lebih banyak motor politik berlabel partai Nasionalis. Sampai-sampai, PDIP sebagai 'Big Leader' koalisi ikut bereaksi mengecam pernyataan PSI terkait hal tersebut.
PSI yang awalnya dianggap akan membawa dampak positif serta instrumen penting dalam pemenangan Jokowi-MA lambat laun bermetamorfosis menjadi virus mematikan bagi koalisi petahana itu sendiri.Â
Secara otomatis, citra PSI yang penuh kontroversi menjadi juru kampanye tidak berbayar kubu penantang dalam mendiskreditkan wajah petahana.Â
Ditambah gagasan milenial yang diusung PSI tidak mampu membawa perubahan yang berarti saat Makruf Amin sebagai combat leader petahana tidak mampu mengusung visi yang sama saat harus dihadapkan dengan sosok Sandiaga.
Skema PSI dalam menaikan popularitas pun terbaca jelas. Gerak semwarutnya sampai pernah dikritik keras oleh petinggi Partai Persatuan Pembangunan dan dianggap sebagai beban di tubuh petahana.
Tetapi membiarkan PSI bergerilya di medan tempur selevel pilpres tentu bukan keputusan asal-asalan dari kubu petahana. Sampai detik ini, PSI masih terus menjadi bagian dari koalisi yang mengusung Jokowi-MA, status ini melekat bukan tanpa tujuan sebab dalil kesemrawutan kinerja PSI dalam berkampanye tidak cukup kuat untuk menggusur partai ini dari koalisi petahana.Â
Ada sesuatu yang membuat PSI seolah kebal akan penolakan dari kubu Jokowi-MA, dan itu layak menjadi pertanyaan kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI