Mohon tunggu...
Ndhy Rezha
Ndhy Rezha Mohon Tunggu... Penulis Pemula

Social Argument , better thing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nizam di Pintu Jannah

13 November 2018   12:11 Diperbarui: 13 November 2018   12:24 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di hadapan Jannah, seluruh maklhuk Tuhan berkumpul, menunggu janji Illahi atas nikmat yang tak berujung. Tak ada batas ruang dan waktu, surga itu kekal, penuh kasih dan bahagia. Surga itu untuk mereka; yang semasa hidupnya senantiasa berjalan di atas garis-garis ketetapan Tuhan bersama keyakinan mereka kepada sang Khalik pemilik seluruh alam semesta. Wajah mereka bercahaya nan elok, seputih mutiara di dasar lautan. Raut bahagia yang tak terperi.

Ketika Jannah membuka perlahan, cahaya surga meluncur perkasa dari balik pintunya. Aroma surga yang wangi tiada terkira seketika mengerebung, mengantar satu persatu langkah manusia menuju ke dalam Jannah.

Tepat di bibir Jannah, sekumpulan anak dari para penghuni surga melempar senyum cerah kepada ibu bapak mereka yang akhirnya saling berpagutan, berpeluk erat melepas rindu yang dalam. Sekian lama mereka terpisah antara dunia dan Jannah, tak terkira jarak dan waktu yang mesti ditempuh kerinduan itu dan Tuhan mengobatinya dengan cara yang begitu menakjubkan.

Satu persatu anak-anak menyambut ibu bapak mereka masuk ke dalam Jannah. Nizam pula sejatinya berada di dalam barisan penyambut itu, wajahnya penuh senyum dan girang tak terkira. Di dalam jiwanya ada rindu yang pekat bersemayam, kepada ibu bapaknya. Senyum Nizam begitu lebar kala satu persatu sepantarannya menyambut ibu bapak mereka, kebahagiaan anak-anak itu menular padanya. Suara tawa ceria dan senyum bahagia, bersatu riuh di dalam cahaya surga.

Satu-persatu, hingga seluruh manusia telah masuk ke dalam surga. Nizam bergeming dalam penantiannya, matanya memandang jauh ke segala arah. Senyumnya yang perkasa perlahan redup, ceria yang membara itu lamat-lamat menjadi layu.

Nizam mengambil langkah, berjalan dengan mata bertanya-tanya, mencari ibu bapaknya yang tak kunjung nampak. Sesekali senyum yang tersisa di bibir kecilnya merekah, lalu lenyap tatkala kesunyian itu bernyanyi kencang di telinga. Nizam tak patah asa, kedua kaki mungilnya terus melangkah mencari di dalam ketidakpastian, sejumput harapan di dalam jiwanya kokoh melawan segala sunyi yang menerkam hingga langkah itu berhenti saat sebuah tubuh besar nan kekar berdiri kokoh di hadapnya. Tubuh itu menoleh hingga terlihat wajah gahar dengan kedua bola mata menyala seperti bara. Nizam mendeguk, namun tak beranjak dari hadap lelaki itu.

"Sedang apa kau di sini wahai anak manusia?" tanyanya.

Nizam mendeguk lagi. "Sesungguhnya aku sedang mencari ibu bapakku." Jawabnya kaku.

"Bukankah Tuhan telah menggariskan engkau untuk menyambut ibu dan bapakmu di pintu Jannah?"

"Iya, tetapi keduanya tak kulihat. Seluruh anak telah bersama ibu bapak mereka, kecuali aku."

Mendengar jawaban Nizam, lelaki itu seketika memejam kedua matanya sesaat. Pejaman itu perlahan-lahan menjadi semakin dalam, pula raut wajah yang berubah pias hingga ketika bola mata itu membuka, cahaya merah membara tadi perlahan redup, menjelma rupa menjadi cahaya putih terang yang akhirnya syahdu menatap Nizam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun