Mohon tunggu...
Ndhy Rezha
Ndhy Rezha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Pemula

Social Argument , better thing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Miskin Salah, Kaya Pun Salah

16 Januari 2014   13:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:47 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Entah sampai kapan sifat dengki itu bersemayam dalam pikiran dan hati manusia . Ketika Tuhan memberi kita hidup yang layak dan jalan yang diridhoi kita justru terjebak dalam tuntutan hidup yang begitu mendesak . Hingga membuat rasa syukur begitu mahal dan kata puas hanya imajinasi belaka .

Dewasa kini , manusia menjadi maklhuk paling konsumtif di bumi ini . Manusia menjadikan alasan ini sebagai pembeda berdasar pada dogma yang menyatakan bahwa kita (manusia) adalah maklhuk yang derajatnya paling tinggi diantara maklhuk ciptaan Tuhan lainnya . Manusia tak hanya butuh makan dan minum sebagai cara untuk menjaga eksistensinya , manusia butuh materi sebagai manifestasi dari tujuan hidupnya dan menyimpan Tuhan sebagai bagian lain dari unsur utama yang menyusun sistem kehidupannya .

Di negara mana saja kaya miskin menjadi dinamika kehidupan yang normal . Di belahan bumi manapun kaya dan miskin merupakan hal lumrah . Disparitas antara keduanya begitu terasa hingga terkadang salah satu merasa sebagai bagian dari kelompok yang terabaikan .

Di Indonesia sendiri pandangan tentang mereka yang berlimpah materi seolah minor di mata mereka yang berada di sisi sebaliknya . Tak hanya menganggap yang ‘kaya’ sebagai sosok yang egois , sebagian masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan di negara ini kerap menganggap si kaya adalah bagian dari alasan mengapa hidup mereka jauh dari sentuhan materi yang berlimpah .

Dimana saja anda dapat menemukan dinamika semacam ini , terutama media informasi . Masyarakat manapun di dunia mempunyai sifat ketergantungan pada media informasi , termaksud di Indonesia . Media informasi adalah salah satu dari banyaknya kebutuhan yang mampu menunjang kehidupan sosial masyarakat . Tak hanya itu media sosial juga memiliki peran besar dalam pempengaruh cara pandang masyarakat , termaksud cara pandang atas dinamika ‘Kaya dan Miskin’ .

Media informasi di Indonesia tak jarang menampilkan sebuah gagasan buruk tentang bagaimana cara memandang sebuah disparitas antara yang kaya dan miskin . Iklan , film atau bahkan ucapan presenter dalam sebuah berita tak jarang menghasilkan sebuah asumsi tentang bagaimana buruknya mereka yang kaya .

Bila berbicara tentang film , maka kita akan selalu mendapati sosok yang ‘kaya’ sebagai sosok kejam , serakah dan egois . Mayoritas film di Indonesia menampilkan hal ini hingga membentuk sebuah perspektif minor tentang si ‘kaya’. Yang kaya lebih banyak menjadi karakter antagonis sedang yang miskin menjadi sosok malaikat dengan balutan nada minor penuh makna .

Seperti saat salah satu presenter dalam sebuah stasiun TV swasta yang kerap mengeluarkan argumen mereka kala menanggapi kasus korupsi yang selalu dianggap alasan utama yang memiskinkan masyarakat . Pejabat pemerintahan adalah yang paling banyak diterpa isu korupsi hingga membuat pandangan atas mereka yang menggunakan fasilitas mewah adalah mereka yang melakukan korupsi , bahkan ketika mereka memang memiliki kemampuan finansial yang berasal dari kerja keras mereka dan bukan dari hasil korupsi .

Di Indonesia , banyak dari kalangan ‘miskin’ yang dicuci otaknya untuk membenci si ‘kaya’ dengan dalih memotivasi hal ini justru melahirkan pandangan miring atau bahkan gesekan antara keduanya akibat pandangan atas disparitas yang dianggap sebagai sebuah distorsi kehidupan .Sangat disayangkan , ketika si ‘miskin’ justru hidup dalam kebencian dan kerja keras si ‘kaya’ untuk menggapai materi dianggap hal tabu .

Hanya di Indonesia ketika ‘miskin’ anda bisa saja menjadi sosok menyebalkan dan tidak tahu diri , dan ketika ‘kaya’ anda harus siap mendapat cemohan .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun