Mohon tunggu...
Ndhy Rezha
Ndhy Rezha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Pemula

Social Argument , better thing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasa Syukur, Obat 'Keserakahan'

26 Januari 2014   16:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak tahu berapa banyak jumlah manusia yang mengeluh tentang kehidupan yang mereka miliki . Hal ini wajar saja bila kita lihat tentang bagaimana dinamika kehidupan yang begitu keras dan ‘kejam’ . Namun pada hakekatnya manusia tidak dilahirkan hanya untuk disengsarakan ,pandangan ini adalah bagi mereka yang mempunyai keyakinan teguh atas keberadaan Tuhan .

‘Dunia itu luas , bagi mereka yang berpikir’

Dunia ini seperti rumah bagi pikiran kita ,  imajinasi kita yang tak terbatas adalah bentuk nyata dari benih kreatifitas yang diberikan Tuhan . Tak ada keraguan bahwa manusia berpotensi besar dalam membawa dirinya ke arah kesejahteraan hidup . Tetapi hidup tentu tidak sesederhana yang kita bayangkan . Namun bukankah hampir semua manusia menyukai sebuah tantangan ?

Banyak pandangan-pandangan yang timbul tentang bagaimana sebenarnya manusia mesti memaknai hidup . Ada yang menganggap hidup jangan terlalu dibikin susah , ada yang menganggap hidup penuh perjuangan , atau hidup hanyalah tentang bagai kita mensyukuri apa yang diberikan . Pandangan ketiga sangat terdengar naif namun itulah kebenaran yang sebenar-benarnya . Bahwa hidup dalam sebuah kesejahteraan hanyalah bagaimana kita menganggap hidup sebagai karunia terbesar Tuhan yang mesti kita syukuri .

Banyak petuah-petuah yang coba meyakinkan kita bahwa hidup adalah sesuatu yang mesti kita syukuri dengan hati yang terbuka . Menerima semua karunia pemberian Tuhan sebagai cara mudah untuk membuat kita tersenyum . Namun pandangan manusia di Era Modern selalu bertumpu pada nilai materi. Materi bagai menjadi tarekat sejati dalam penalaran kita terhadap hidup yang dianggap sebagai arena bertempurnya keyakinan dan dinamika kehidupan yang begitu keras . Manusia butuh materi untuk bertahan hidup , asumsi ini terbentuk dari cara pandang manusia terhadap sesuatu yang lebih realistis namun pandangan inilah yang menciptakan keserakahan dalam diri manusia . Sebab tak ada ukuran untuk sebuah materi , sebuah nilai tidak akan pernah berujung , tidak ada batasan untuk sebuah angka , tidak ada parameter untuk sebuah kehidupan yang sejahtera selain rasa syukur atas apa yang telah Tuhan berikan pada kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun