Indonesia, memang negara yang sangat unik. Di tengah terpaan arus modernisasi beberapa kalangan masyarakat masih berpegang teguh pada budaya mereka dan menolak segala bentuk akulturasi yang dianggap menjadi racun untuk membunuh karakter budaya mereka. Sikap yang patut diacungi jempol.
Sikap dari beberapa masyakarat kita yang begitu konservatif adalah wujud nyata dari keinginan untuk melestarikan budaya asli Indonesia, tetapi apa jadinya bila tuntutan untuk ‘maju’ justru kian mendesak ?
Maju tidak mesti selalu Modern. Kalimat ini adalah bentuk implementatif dari sebagian besar masyarakat kita demi menjaga agar budaya mereka tidak lenyap termakan zaman. Konsep modern memang kerap menciptakan sebuah akulturasiyang justru menghilangkan karakter budaya hingga identitasnya tidak dapat dikenali lagi. Hal inilah yang menyebabkan beberapa pihak menganggap modern hanyalah jalan untuk meremukkan eksistensi budaya tertentu.
Namun berbicara tentang modern secara umum maka pada dasarnya tidak selalu bersifat destruktif . Bahkan sebaliknya dengan modern kita mesti melihat apa yang sebenarnya ‘salah’ pada pola pikir masyarakat kita.
Bila budaya berbicara tentang pola pikir maka begitu juga dengan modern. Modern mungkin lebih pada penunjuk arah bagi budaya, menunjukan sesuatu hal yang memiliki korelasi dengan realita kehidupan masyarakat. Modern menunjukan kenyataan bahwa budaya memiliki satu konsep yang justru menghambat kemajuan manusia berdasar pada pola pikir dari masyarakat-masyarakat konservatif ini.
ERA REVOLUSI PEMIKIRAN
Apa itu revolusi pemikiran?
Dahulu manusia menganggap bumi yang kita tempati ini berbentuk datar dan bila kita berjalan hingga ke ujung dunia maka akan terjatuh ke bawah dan menghilang. Asumsi ini bertahan hingga ratusan tahun, tak ada bantahan tentang konsep bumi datar ini. Namun seiring berjalannya waktu maka terungkaplah fakta yang menyebutkan bahwa bumi ini berbentuk bulat, fakta yang secara otomatis mematahkan konsep bumi datar . Tak ada lagi mamusia di dunia yang menganggap bumi ini datar sebab itu adalah sebuah kesalahan berpikir yang fatal.
Proses pemikiran kritis yang kemudian membawa asumsi atau cara pandang manusia dari asumsi awal keluar dari pola pikirnya dengan melihat realita atau fakta , itulahRevolusi pemikiran
Revolusi pemikiranadalah proses analisis kritis terhadap pola pikir manusia yang kemudian merubah asumsi menjadi sebuah fakta berdasarkan realita yang terjadi.
Revolusi pemikiran merupakan jalan untuk menentukan kelayakan budaya ataupun karakternya yang memiliki korelasi dengan kehidupan manusia. Hal inilah yang membuat modern sangat penting sebab membawa ilmu pengetahuan yang menjadi acuan untuk menentukan kelayakan budaya-budaya tersebut.
Penolakan modern tidak selalu dianggap sebagai penolakan terhadap Ilmu pengetahuan tetapi di Indonesia banyak masyarakat yang berpegang teguh pada budaya dengan alasan mempertahankan identittas tetapi melupakan realita dari konsep pemikiran mereka yang keliru dalam mendefinisikan budaya mereka sendiri.
Terdapat beberapa contoh kesalahan fatal pada pemikiran masyarakat konservatif di Indonesia namun yang paling nyata adalah doktrin budaya tentang hal yang bersifat‘MAGIS’
Di Indonesia hal magis menjadi isu sensitif yang kerap menciptakan konflik entah itu konflik eksternal yaitu konflik sesama manusia atau internal yaitu konflikdengan pikiran mereka sendiri. Pandangan manusia tentang hal ini tidak lain merupakan bagian dari doktrin budaya tentang kekuatan ghaib sebagai penggerak kehidupan manusia.
Dalam pandangan agama, hal ini sama sekali tidak bertentangan sebab konseptheologi terbentuk berdasar pada eksistensi non-materi alias ghaib. Namun agama menolak segala bentuk pemikiran tentang hal ghaib yang berasal dari luar logika sadar manusia, yang artinya meskipun memiliki korelasi namun hal ghaib(selain Tuhan)bukan merupakan bagian dari kehidupan normatif manusia.
Bagaimana jadinya bila ghaib masuk ke dalam kehidupan normatif manusia ?
Anda pasti masih ingat kisah Mba Marijan. Pria yang dianggap sebagai juru kunci merapi ini tewas oleh terjangan awan panas merapi pada 26 oktober 2010 lalu. Kisah Mba Marijan boleh jadi dianggap sebagai kisah kepahlawanan tetapi di satu sisi kita melupakan fakta bahwa alam dikendalikan oleh Tuhan dan bukan seorang juru kunci. Mbah Marijan sempat menolak dievakuasi dan anjuran pemerintah untuk mengungsi sebab menganggap aktifitas merapi saat itu belum begitu membahayakan meski BMKG setempat sudah menetapkan status ‘awas’ pada gunung paling aktif di Indonesia tersebut. Bahkan Mbah Marijan sempat menyarankan warganya untuk tinggal atau mengulur waktu evakuasi. Alhasil pria berumur 82 tahun tersebut tewas akibat terjangan awan panas merapi.
Kisah Mbah Marijan tidak terlepas dari kepercayaan ghaib tentang sosok Petruk. Nyatanya doktrin tentang petruk dipecundangi oleh IPTEK milik BMKG.
Kisah Mbah Marijan adalah segelintir dari banyaknya pandangan tentang hal ‘magis’ dimasukan ke dalam kehidupan normatif manusia khususnya di Indonesia. Selain kisah Mbah marijan terdapat kisah absurd lain yang mencerminkan wajah budaya kita.
SIHIR
Di tengah pengaruh modernisasi yang menawarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan theknologi masih banyak dari kita yang terilham oleh cerita tentang sihir padahal theknologi bisa dikatakan sihir yang lebih realistis. Lihat saja ketika film-film kolosal menampilkan banyak adegan sihir semisal aksi teleportasi yaitu berpindah antara tempat yang satu ke tempat lain dalam waktu sekejap maka theknologi juga memiliki hal serupa yang tercermin dalam benda-benda semisal telepon, internet dan mesin fax.
Dalam pandangan agama, khususnya Islam hal ghaib berupa sihir memang ‘ada’ hal ini telah dijelaskan dalam beberapa ayat dalam alqur’an salah satunya  (Qs. Al-Baqarah [2]:102). Tetapi sihir  sekali lagi merupakan hal ghaib yang tidak mesti menjadi bagian dari kehidupan normatif manusia sebab implikasi nyata dari sikap tersebut adalah pandangan tentang ruang lingkup sihir yang begitu luas.
Di Indonesia, khususnya pada masyarakat-masyarakat konservatif sihir menjadi bagian hidup yang melekat erat hingga menciptakan korelasi nyata dengan kehidupannya. Impikasi nyata adalah penolakan terhadap solusi materil atas permasalahan mereka.
Tidak sedikit masyarakat yang menjadi korban atas pandangan ini, Dalam beberapa kasus kesehatan misalnya banyak dari masyarakat kita yang percaya bahwa sihir (guna-guna) sebagai salah satu hal yang mengancam nyawa mereka. Pandangan ini berkembang secara sporadis ke dalam pemikiran anak cucu mereka hingga solusi medis tidak menjadi jalan yang mesti ditempuh. Tidak sedikit masyarkat kita yang mempercayai cenayang atau dukun sebagai solusi atas permaslahan kesehatan mereka dan tidak sedikit pula dari mereka yang harus kehilangan nyawa akibat dari penanganan yang tidak benar oleh dukun-dukun tersebut. Padahal sangat jelas bahwa ‘ilmu kesehatan’ tercipta sebagai solusi atas permasalahan kesehatan. Meski beberapa kasus kesehatan di Indonesia memang tidak bisa dijelaskan secara medis tetapi intensitas kasus tersebut yang cenderung sangat sedikit tidak mesti mempengaruhi kasus-kasus kesehatan lain yang mesti ditangani oleh tindakan medis. Inilah implikasi nyata dari pandangan tentang hal ghaib yang dianggap bagian dari kehidupan normatif manusia.
HANTU DAN KERAMAT
Seluruh daerah di Indonesia memiliki karakter sosok ghaib yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sosok petruk dan merapi contohnya. Sosok petruk dianggap sebagai penguasa gunung merapi yang kemudian dikeramatkan oleh sebagian masyarakat yang bermukim di sekitar lereng gunung merapi. Bahkan meski ilmu pengetahuan yang secara gamblang menuturkan proses terjadinya gempa bumi memenuhi setiap sudut ruang kelas anak-anak mereka namun doktrin tentang petruk masih sangat kuat bahkan cenderung berkembang di kalangan anak-anak mereka.
Petruk tidak boleh dibuat marah, jika tak mau merapi meletus pandangan ini tidak hanya absurd tetapi benar-benar mengancam jiwa mereka yang bermukim di sekitaran lereng merapi. ‘Gunung merapi’ adalah gunung aktif yang setiap saat bisa meletus, lagi-lagi klasifikasi tentang berbagai jenis gunung merapi aktif dan karateristiknya sudah sangat jelas dibahas dalam ilmu pengetahuan namun bercermin dari kisah Mbah Marijan, kekuatan doktrin tentang merapi sebagai objek ghaib masih sangat kental yang berimplikasi nyata dalam mengancam jiwa manusia.
Doktrin tentang hantu dan keramat masih sangat menjadi candu bagi sebagian masyarakat kita, alih-alih ingin mempertahankan budaya mereka justru terjerumus dalam lembah kebobrokan yang berakibat buruk pada kehidupan mereka.
Sesajihan, kata ini kerap terdengar sebagai hal lumrah di Indonesia. Asalannya pun beragam selain sebagai bagian dari kultur budaya yang wajib dillakukan sebagai wujud dari pelestarian praktik sesajihan juga kerap ditujukan untuk menolak segala permasalah, dari permasalahan kesehatan hingga keuangan. Bahkan di tengah banyaknya buku pengetahuan yang mengajarkan khasiat alam, buah dan tumbuh-tumbuhan secara nyata atau buku tentang pengetahuan lain yang dapat menunjang kualitas hidup manusia di masa mendatang yang sesajihan masih saja menjadi karakter budaya di Indonesia yang terjaga hingga saat ini.
Dari beberapa hal di atas dapat disimpulkan bahwa animisme dan dinamisme yang kita anggap telah punah seiring perkembangan zaman ternyata masih menjadi bagian dari budaya kita, Dua hal tersebut telah sangat jelas terpatahkan oleh IPTEK dan juga wawasan tentang ilmu keagamaan tetapi dengan alasan mempertahankan karakter budaya masyarakat kita justru stagnan  atau bahkan mengalami degradasi pemikiran yang seiring perkembangan zaman akan membawa manusia pada jurang kehancuran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H