Mohon tunggu...
Ndhy Rezha
Ndhy Rezha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Pemula

Social Argument , better thing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

‘Buton’ yang Terlupakan

30 Maret 2014   20:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang tak mengenal Buton. Padahal Pulau yang terletak di Sulawesi tenggara ini merupakan daerah yang memiliki potensi yang berlimpah. Dari sumber daya alam , budaya hingga arsitektur bangunan yang menawan.

Buton terkenal di dunia Internasional sebagai salah satu daerah penghasil aspal terbesar di dunia. Tetapi sayang kekayaan ini justru kontadiksi dengan kehidupan masyarakatnya. Tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi dan infrakstruktur jalan yang buruk membuat Buton seolah hanya menjadi Sapi perah bagi pemerintah pusat untuk memajukan Ibu kota. Keadaan ini tak berbeda jauh dengan daerah-daerah lain di Timur Indonesia yang hanya dijadikan lumbung emas untuk memperkaya Ibukota.

Buton pula merupakan daerah para sesepuh. Hal ini pula yang dikemukakan oleh sastrawan Jawa tersohor Empu Prapanca dalam kitabnya Negarakertagama. Buton disebut sebagai salah satu negara yang bersahabat dengan kerajaan Majapahit yang dengan kata lain salah satu negara besar yang pernah berdiri di Nusantara.

Dalam hal Arsitektur bangunan , Buton memiliki benteng keraton yang menurut penelitian UNESCO pada tahun 2006  adalah benteng terluas di dunia dengan luas mencapai 23.375 hektar.Benteng keraton juga memiliki banyak sejarah kolosal yang masih menjadi misteri, seputar theknik pembangunan benteng hingga jumlah masyarakat yang dilibatkan di dalam pembangunan tersebut.

Namun sayang , Buton masih terbelakang dan masih tak begitu terdengar gaungnya di negara ini. Meski era kejayaannya mulai kembali saat kepemimpinan Walikota MZ  Amirul Tamim ketika sistem Otonomi daerah diterapkan . Namun kini kejayaan Buton kembali terseok akibat managemen yang buruk serta tidak adanya ekspansi yang dilakukan agar masyarakat luas mengenal Buton sebagai daerah yang patut dibanggakan.

Sesktor pariwsata yang tak bergerak untuk melakukan sosialiasi tentang keindahan alam dan budaya Buton serta ketidaksadaran masyarakat atas kekayaan yang dimiliki membuat perkembangan Buton sebagai salah satu daerah wisata sangat lamban. Bahkan meski kini Buton memegang dua gelar Internasional namun kata Buton masih terasa asing di telinga masyarakat Indonesia.

Keterlibatan peran pemerintah pusat maupun setempat sangat diperlukan sebab belajar dari  banyaknya daerah yang hanya dijadikan komoditi semata , maka perasaan ‘terabaikan’ akan menjadi alasan sebuah disintegrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun