'Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu'
Pesan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), presiden keempat Indonesia, terhadap Hermawi Taslim, salah satu orang terdekat beliau yang beragama non-muslim.
Sambutan yang sangat hangat, penuh makna, dan ilmu-ilmu baru oleh para pengurus Pondok Pesantren Kebon Jambu Ciwaringin terhadap para peserta ekskursi yaitu siswa-siswa dari SMA Kanisius Jakarta atau seringkali disebut 'Kanisian'. Makna dari kesederhanaan, toleransi, dan kebajikan yang sangat ditekankan oleh pengurus pondok. Para santri dan para Kanisian bersama-sama menyaksikan dialog antar agama oleh para profesor, dosen, dan guru. Semuanya sama-sama belajar dalam menghargai dan menanggapi sesama yang memiliki perbedaan pandangan, serta kepercayaan.Â
Suasana yang sangat khas dari pondok pesantren tersebut terutama ketika shalat maghrib, seluruh santri dan bahkan pengurus pondok pesantren seluruhnya shalat berjamaah di Masjid. Suasana khas juga ketika pagi sampai sore, para santri sibuk belajar pelajaran sekolah dan juga mengaji Al-Quran. Ketika para Kanisian terlibat mengikuti pelajaran sekolah para santri, para santri sangat terbuka menceritakan pengalaman suka duka berjuang mencari ilmu, iman, kedisiplinan, kebersamaan, dan ketaatan, terutama saat jauh dengan keluarga.Â
Bukan hanya para santri, tetapi para guru dan ustadz di Pondok Pesantren Kebon Jambu Ciwaringin juga sangat terbuka dengan para Kanisian. Para guru memberikan ajaran hidup dan makna kepada para santri sesuai dengan maksud atau tujuan para Kanisian berkunjung ke pondok pesantren tersebut. Guru atau ustadz di pondok pesantren tersebut bahkan mengajarkan para peserta, sejarah dan budaya Islam, juga belajar membaca dan berbicara Bahasa Arab. Â Para Kanisian juga disambut dengan begitu ramah dan terbuka, ketika para santri serta pengurus menyanyikan atau membawakan pujian terhadap Nabi Muhammad SAW yang merdu dan indah.Â
Pondok Pesantren Kebon Jambu Ciwaringin berdiri dengan keunikan yang memancarkan kehangatan dan kedamaian yang sangat sederhana. Bangunan-bangunannya sederhana, tetapi tertata dan bagus-bagus bentuknya, sangat bersih, rapi, terawat sekaligus di kelilingi pepohonan rindang, menciptakan suasana tenang yang menenangkan hati. Aula utamanya, dengan dinding bercat putih, lantai yang bersih, dan sangat nyaman menjadi tempat dialog percakapan lintas agama yang penuh pelajaran sekaligus kegiatan seminar lainnya. Tepat setelah gapura pondok pesantren, terdapat sebuah masjid yang cukup luas, tempat suara azan berkumandang mengisi ruang-ruang pondok, juga menjadi tempat seluruh penghuni pondok shalat berjamaah, maupun untuk tempat belajar para santri. Selain aula dan masjid, terdapat juga sekolah-sekolah, gedung untuk perguruan tinggi, dan tentunya terdapat ruangan-ruangan asrama tempat para santri beristirahat. Gedung-gedung sekolahan dan perguruan tinggi memang sederhana serta terbatas. Namun, setidaknya fasilitas-fasilitas yang ada di sana sudah cukup mendukung untuk pembelajaran para santri. Terlihat juga para santri yang tidur bersama-sama di sekitar ruangan asrama mereka. Lingkungan pesantren terlihat sangat sibuk setiap harinya karena para santri harus belajar pelajaran sekolah dan mengaji membaca Al-Quran. Namun, suasananya tetap terasa hidup karena adanya kebahagiaan dan kebersamaan yang mereka rasakan dalam melalui perjuangan bersama.
Pembentukan Karakter dan Sikap Toleransi
Ekskursi ke Pondok Pesantren Kebon Jambu Ciwaringin 2024 bukan hanya sebuah kunjungan biasa. Bukan juga merupakan liburan ataupun sekadar jalan-jalan. Akan tetapi juga sebuah pembelajaran lintas nilai agama dan budaya. Kunjungan ke pondok pesantren ini menjadi cerminan kehidupan yang sederhana dan penuh dengan makna. Tempat para santri menjalani kehidupan yang disiplin, penuh kebersamaan, dan berlandaskan nilai-nilai religius. Dalam interaksi dengan para santri, peserta ekskursi atau para Kanisian diajak untuk memahami pentingnya kesederhanaan dalam mencapai kebahagiaan sejati dan belajar menghargai perbedaan budaya, juga pandangan hidup, serta kepercayaan. Hal ini sangat sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai motto Bangsa Indonesia, yang menekankan bahwa persatuan dapat tercipta melalui penghormatan terhadap keragaman. Dengan demikian, pengalaman ini menjadi momen refleksi yang mendalam tentang bagaimana integritas, toleransi, dan empati adalah fondasi penting dalam membangun karakter pelajar yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga berkontribusi untuk harmoni masyarakat.
Sebagai salah satu bentuk pendidikan yang menggabungkan nilai-nilai agama dan kehidupan sosial, pondok pesantren menawarkan pengalaman yang dapat memperkaya pemahaman anak muda tentang pentingnya karakter, disiplin, dan toleransi. Pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mengembangkan sikap-sikap positif seperti kejujuran, kerja sama, dan tanggung jawab sosial. Dengan mengikuti ekskursi ke pondok pesantren, anak-anak muda dapat belajar langsung dari kehidupan sehari-hari di pesantren yang penuh dengan kegiatan yang mendidik, baik dalam aspek spiritual maupun sosial. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan mereka tentang kehidupan, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang lebih empatik dan berkarakter kuat.Â
Perbedaan merupakan sebuah keindahan dan bahkan sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia bahkan kepada seluruh makhluk hidup dan umat manusia. Selain melatih karakter dan iman, tentu tujuan utama para Kanisian yang mayoritas non-muslim berkunjung ke pondok pesantren in adalah untuk meningkatkan rasa toleransi dan menghargai perbedaan agama, kepercayaan, suku, serta budaya. Sesungguhnya persatuan dalam perbedaan inilah yang menjadi kekuatan bagi Bangsa Indonesia. Akan tetapi, sikap dan perbuatan yang baik merupakan hal utama dalam menjalani hidup sebagai manusia terlepas dari agamanya maupun sukunya, seperti kata Gus Dur.