Acara-acara sekolah merupakan kegiatan yang penting untuk dilakukan sebagai sarana pembelajaran dan perkembangan bagi para siswa. Melalui acara sekolah, para siswa dilatih untuk mengelola dan merangkai suatu acara internal maupun eksternal yang tujuannya adalah membangun persaudaraan dan solidaritas dalam komunitas pelajar. Para siswa belajar untuk bekerja sama, berkomunikasi, bersosialisasi, dan mengasah kemampuan manajemen mereka. Siswa juga melatih diri terhadap nilai-nilai penting dalam hidup seperti pantang menyerah, kerja keras, berani, dan solidaritas.
Contoh ketika anak-anak muda dari Kolese Kanisius semuanya memiliki peran sebagai panitia dalam mempersiapkan dan melaksanakan acara mereka yang paling besar yaitu Canisius College Cup. Siswa-siswa lah yang memiliki tanggung jawab untuk menyusun dan mengelola acara besar tersebut. Guru-guru hanya menjadi pendamping dan pembina bagi para siswa dalam bertugas. Mulai dari merangkai acara, mencari dana, pengiklanan, mengatur perlengkapan, mengatur perlombaan, mengatur keamanan dan kebersihan selama berlangsungnya acara seluruhnya merupakan tanggung jawab panitia siswa dari seksi masing-masing.
Melalui acara Canisius College Cup ini para siswa diberi kesempatan untuk melatih dan mengembangkan diri. Siswa belajar untuk berani menghubungi dan melakukan kerjasama dengan pihak eksternal. Siswa belajar untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Siswa berlatih memanajemen acara dan juga memanajemen waktu karena dituntut untuk membagi waktu belajar. Namun, hal yang paling penting adalah siswa mempelajari nilai-nilai komitmen, pantang menyerah, dan mau belajar dari kesalahan. Dengan melatih nilai-nilai ini, para siswa akan terbiasa untuk terus belajar dan mengembangkan diri, tanpa adanya rasa takut dalam melakukan kesalahan.
Terdapat seorang siswa Kolese Kanisius, yang dahulunya merupakan seorang anak yang pasif dan pendiam. Seorang siswa yang bahkan lulus percasis sekolahnya secara bersyarat sehingga dijadikan panitia Task Force pada Canisius College Cup 2022. Siswa tersebut dimasukkan ke dalam panitia Task Force (Satuan Tugas) yang mana memiliki tugas untuk membantu panitia-panitia dari seksi lainnya yang kesulitan ataupun kekurangan tenaga kerja. Hal ini bertujuan untuk melatih siswa tersebut kerja keras, kerjasama, dan inisiatif membantu teman-temannya. CC Cup 2022 ini kemudian menyadarkan siswa tersebut pentingnya komunikasi, solidaritas, dan ikatan persaudaraan dalam sebuah acara sekolah dan bukan sekadar melaksanakan tanggung jawab. Peristiwa ini membangkitkan keinginan siswa tersebut untuk mau berubah dan berkembang menjadi pribadi yang lebih aktif, serta terbuka.
Tahun berikutnya, pada Canisius College Cup tahun 2023 seorang siswa tersebut mendaftarkan dirinya menjadi panitia perlombaan panjat tebing karena menaruh minat pada cabang olahraga tersebut. Seorang siswa yang sudah mengalami perubahan dari pasif menjadi aktif. Oleh karena beban tugas dan tanggung jawab yang tidak terlalu banyak sebagai panitia perlombaan panjat tebing, siswa tersebut sangat bahagia bermain, bersenang-senang bersama, dan mendukung teman-temannya yang ikut bertanding. Meskipun begitu, ia tetap melaksanakan tanggung jawab dan tugas-tugas yang diberikan oleh temannya selaku koordinator perlombaan. Ia juga sadar bahwa tanggung jawab temannya yang merupakan koordinator perlombaan jauh lebih berat dibandingkan anggota, sehingga ia rela membantu dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan sungguh-sungguh.
Di tahun terakhirnya, pada Canisius College Cup 2024 yang akan dilaksanakan, ia ditunjuk sebagai koordinator perlombaan panjat tebing tersebut. Melalui ini, ia belajar mengelola dan menyusun acara perlombaan tersebut secara langsung. Ia mengerahkan seluruh pengetahuannya berdasarkan pengalamannya sebagai panitia tahun lalu mengenai perlombaan panjat tebing untuk merangkai acara perlombaan tersebut . Temannya yang merupakan seorang koordinator perlombaan turut ikut membimbing dan membantu. Ia merasakan pengalaman serupa yang pernah dialami oleh temannya tahun lalu. Ia berusaha semaksimal mungkin agar kemudian pelaksanaan acara perlombaan menjadi lebih sukses tanpa ada kendala.
Bagaikan metamorfosis, siswa yang sebelumnya merupakan ulat pasif dan pendiam, kemudian berubah menjadi kupu-kupu aktif dan terpandang. Seorang siswa yang dulunya sekadar panitia Task Force, kemudian menjadi panitia perlombaan, dan berkembang menjadi koordinator bidang perlombaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah acara sekolah yang besar dapat membawa pengaruh dan perubahan yang besar juga terhadap pribadi seseorang. Siswa tersebut diberi kesempatan untuk berkembang dari seorang yang bukan siapa-siapa menjadi salah satu pemimpin yang menyukseskan acara perlombaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H