Mohon tunggu...
William Benito Purnama
William Benito Purnama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Penikmat duniawi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adab Seorang Profesor

17 Agustus 2024   20:24 Diperbarui: 17 Agustus 2024   21:11 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seorang profesor merupakan seorang yang telah melewati tahap pendidikan tertinggi dan sudah membuat bahkan menyebarkan banyak penelitian. Selain pintar dan berilmu tinggi, orang yang sudah mendapatkan gelar pendidikan tertinggi juga seharusnya memiliki adab dan moral yang tinggi. Namun, ternyata banyak juga seorang profesor atau dosen yang melakukan pelecehan seksual terhadap orang lainnya. Contohnya seperti Rektor Universitas Pancasila yang diduga melakukan pelecehan pada Februari 2024 lalu.

Kasus ini menjadi sebuah hal yang membingungkan. Seorang dengan gelar tertinggi sudah pasti melalui semua tahap pendidikan termasuk pendidikan akademik maupun moral dan afektif. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua orang dengan pendidikan dan gelarnya tinggi itu sebanding lurus dengan adab dan moralnya. Meskipun begitu, tentunya tidak semua profesor adabnya buruk dan moralnya rendah. Akan tetapi, hal ini membuktikan bahwa pendidikan yang tinggi tidak menjamin sifat dan kepribadian seseorang.

Seorang rektor Universitas Pancasila inisial ETH diduga melakukan pelecehan seksual terhadap pegawainya inisial RZ. Kronologi kejadian, pegawai RZ dipanggil ke ruang kerja ETH dengan alasan pekerjaan. Namun, ETH secara tiba-tiba menyentuh area sensitif RZ. RZ pun sampai melaporkan ETH ke Polda Metro Jaya dan mengajukan permohonan perlindungan LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban).

ETH masih sempat untuk membantah dan meminta penundaan penyelidikan. Meskipun masih dalam penyelidikan, tetapi kuasa hukum menjelaskan bahwa sudah terdapat dua korban yang melaporkan kejadian. Seorang rektor atau profesor yang melakukan tindakan asusila. Kemudian, ia masih sempat-sempatnya menyangkal dan tidak menunjukkan empati ataupun simpati kepada korban. Ini menjadi bukti bahwa pendidikan akademik yang tinggi tidak menjamin moralitas dan adab seseorang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun