Mohon tunggu...
willi suyono
willi suyono Mohon Tunggu... -

ada kalanya arus harus ditentang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rejeki Guru

31 Mei 2013   13:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

tpp atu tunjangan profesi pendidik yang lebih dikenal oleh masyarakat umum sebagai tunjangan sertifikasi itu ibarat rejeki. ya, rejeki itu tidak selalu lancar datangnya. kadang banyak kadang sedikit kadang nihil. nha, tpp yang oleh sebagian guru diperoleh dengan "perjuangan gigih" mengalami hal-hal yang membuat keluarnya tidak lancar. ada berbagai pihak (ini hanya dugaan) yang merasa bahwa tpp itu rejeki nomplok yang tidak seharusnya diterima oleh guru. maka ada usaha-usaha yang boleh dibilang sebagai usaha culas untuk menghambat laju penerimaan tpp tersebut. salah satu dari usaha culas itu adalah belum dikeluarkannya (belum diterimakannya atau lebih gampang dimengerti, belum diberikan) dua bulan tunjangan untuk periode tahun lalu dengan berbagai alasan dan ketentuan. break

selanjutnya ada aturan bahwa penerima tpp 'wajib ain' melaksanakan beban mengajar sebanyak 24 jam pelajaran atau yang setara dengan itu. maka terjadilah kegalauan. banyak guru cari-cari tempat mengajar di sekolah lain, yang gurunya juga kebingungan memenuhi ketentuan 24 jam. :D  :D  :D .

guru dan kepala sekolah tak kurang akal. dibuatlah sistem mengajar berpasangan (team teaching) untuk memenuhi ketentuan mengajar 24 jam pelajaran. satu mata pelajaran di suatu kelas yang semula diajarkan oleh seorang guru, lalu diajarkan oleh dua orang guru. beres. masalah sementara teratasi. waktu terus berjalan. pemerintah, dalam hal ini kemendikbud, tahu akal-akalan dari guru. maka dibuatlah ketentuan bahwa 'team teaching' dianggap haram. memang kenyataannya dalam pelaksanaan team teaching tersebut banyak kendala. ada perangkat mengajar yang kurang sesuai atau tidak memenuhi ketentuan yang memang belum pernah ada. di samping itu ada guru yang mengandalkan kerajinan pasangannya dalam mengajar untuk terus-menerus mengajar sementara dia sendiri sibuk dengan urusan yang tidak jelas arahnya. maka gugurlah 'team teaching' yang semula dirasa sebagai pemecahan cerdas (ada yang menulisnya sebagai smart solution, win-win solution, dsb.)

perjuangan terakhir, maksudnya terkini, dari guru dan kepala sekolah yang bijaksana adalah memecah kelas menjadi kelas yang lebih kecil. sekolah yang jumlah muridnya sudah sedikit semakin sedikit jumlah murid per kelasnya. sekolah-sekolah yang lebih perkasa membuat tambahan ruang kelas baru sehingga rombongan belajar/rombel (istilah baru di dunia persekolahan yang perlu diketahui oleh umum) semakin banyak dan ketentuan mengajar 24 jam pelajaran terpenuhi. extremely smart solution, isn't it?

sementara guru dan kepala sekolah tidak pusing karena beberapa guru telah mendapat "tempat hinggap" yang cukup mapan. malah beberapa guru telah resmi diterima pindah di tempat hinggapnya yang baru dan mengalami keberuntungan. itu terjadi pada tahun 2012. nhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaahhhh kipas-kipas dulu setelah perjuangan panjang yang melelahkan.

heeeeeeeeeee, guru-guru, jangan santai dulu. ini ada kurikulum terbaru yang 'wajib diberlakukan' walaupun mengejutkan. namanya kurikulum 2013. beberapa mata pelajaran mengalami pemangkasan jumlah jam dalam seminggu. yang semula 6 jam jadi 4 jam, apa ada ya? yang semula 4 jam pelajaran dirampingkan menjadi cukup 2 jampel saja. weeeeeelhadalah. cerdas nian pemerintah kita. ada ava sevhenarnya? mungkinkah pemerintah kecele dan menyesal telah memberikan tpp pada guru? tpp yang dimaksud bukan sekedar meningkatkan taraf ekonomi guru, tetapi untuk meningkatkan kinerjanya belum memenuhi sasaran. banyak guru yang ya begitulahhhhhh dari dulu hingga kini. di lain pihak, pemerintah yang menyediakan dana untuk peningkatan kinerja itu hanya menanggung tambahan beban yang tidak ringan.

dibilang mengejutkan saya rasa banyak pihak yang sudah memahaminya. kurikulum yang biasanya sebelum diberlakukan mengalami sosialisasi/pengenalan terlebih dahulu, disertai penataran tenaga pengajar, dan sebagainya supaya perjalanan mulus dan nyaman kali ini tidak demikian. ada kesan pelaksanaan kurikulum kali ini seperti senjata pamungkas (final weapon) untuk "sesuatu yang masih belum bisa dipahami". kalau saya bilang pelaksanaan kurikulum kali ini seperti menggelontor hajat yang baru dibuang di jamban (wc). selanjutnya terserah pada bakteri pengurai di ruang septictank.

saat penggelontoran yang seperti amuk ini berlangsung terjadilah kekacauan dalam pelaksanaan ujian nasional yang harusnya berjalan tertib. tapi ya sudahlah, memang itu yang harus terjadi. dengan penggelontoran ini tampaknya sementara sia-sia usaha kepala sekolah yang bijaksana dengan menambah jumlah ruang kelas. kegalauan muncul kembali di pihak guru. lalu apa lagi yang harus dikerjakan? bagi saya, kembali pada pernyataan semula. rejeki datang tak menentu. kadang sedikit, kadang banyak, kadang kosong. tunggu dan lihat apa yang akan terjadi. serahkan semuanya pada penyelenggaraan Ilahi. Tuhan, padaMu kuberserah dan mengharap kerahimanMu. kalau tpp tak datang, biarlah, tapi jangan yang jadi hakku. huaaaaahahahahahahahahah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun