Mohon tunggu...
Willem Hans Wakim
Willem Hans Wakim Mohon Tunggu... -

nguli

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Kita dan Dunia Ini Tidak Sempurna

14 Februari 2011   06:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:37 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dunia ciptaan yang sekarang ini penuh dengan penderitaan dan kejahatan. Selaku manusia kita sering kali menggerutu mengapa Tuhan tidak menciptakan sebuah dunia yang sempurna dengan manusia-manusia yang juga sempurna. Mengapa Tuhan tidak menciptakan dunia yang lebih baik daripada dunia yang sekarang ini di mana di dalamnya tidak ada penderitaan dan kejahatan. Ini pertanyaan yang sulit dijawab oleh siapa pun ketika dihadapkan dengannya.

Namun, pernahkah kita membayangkan betapa mengerikannya sebuah dunia yang sempurna dengan manusia-manusia yang sempurna? Betapa mengerikannya bila manusia diciptakan dengan tubuh seperti robot tetapi punya hati dan perasaan? Kengerian yang dimaksud ialah ketika manusia diciptakan sempurna adanya, kerentanan untuk penyalahgunaan kekuasaan sangatlah besar. Ketika manusia itu menjadi sempurna dan tidak ringkih, ketika ia bertubuh seperti robot tetapi memiliki hati dan perasaan – yang di dalamnya ada emosi dan ambisi – ia akan menjadi kuat dan berkuasa sehingga ia akan berada dalam kerentanan untuk menindas atau saling meniadakan.

Kita bisa melihat betapa manusia yang tidak sempurna masa kini telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk memusnahkan yang lain. Dalam ketidaksempurnaannya, manusia zaman ini telah menciptakan bom atom dan bom-bom nuklir yang mengancam dan dapat memunahkan jiwa sesamanya. Dalam keterbatasan manusia sekarang ini pun ia telah menghancurkan kosmos yang diciptakan Tuhan. Dalam keterbatasannya yang dimiliki sekarang, manusia sudah merenggut hak-hak hidup dan kehidupan sesamanya.

Dunia ini tidak sempurna dan penuh kejahatan adalah buah pilihan bebas manusia. Allah tidak mau mengintervensi pilihan bebas manusia dalam penyelenggaraan dunia ini. Ia tetap membiarkan manusia menentukan pilihannya sendiri. Di situlah manusia itu benar-benar menjadi manusia yang utuh, yang berkehendak dan berhati-berperasaan.

Ketidaksempurnaan dunia ini juga adalah bagian yang hakiki dari dunia ini sendiri. Bencana-bencana yang terjadi adalah siklus kosmos yang tak bisa dihindarkan, sebuah siklus kelahiran-kematian, kerusakan-pembaruan, layaknya siklus kehidupan manusia. Bisa kita bayangkan terselenggaranya kosmos ini tanpa ada siklus yang demikian. Jadi, hanya ada kerusakan tanpa pembaruan, hanya ada kematian tanpa kehidupan, atau sebaliknya. Maka, kosmos ini pun akan penuh kekacauan dan menyisakan bencana yang luar biasa parah daripada sekarang. Selain itu, tidak adanya intervensi Sang Pencipta atas hukum kosmos yang demikian menunjukkan bahwa Ia pun tunduk pada hukum kodrat kosmos ini, hal yang mana manusia selaku ciptaan-Nya patutlah juga tunduk.

Kita bisa mengatakan bahwa ini hanyalah sebuah spekulasi dari saya. Namun, kita sendiri – dan tak seorang pun – yang ketika dihadapkan dengan pertanyaan seperti yang dikemukakan sebelumnya, bisa memberikan alternatif. Kita tidak memiliki alternatif seperti apa mestinya kosmos ini dan manusia yang tanpa kerapuhan dan kejahatan itu. Atau, apakah Anda memiliki alternatif seperti apa dan bagaimana mestinya manusia dan kosmos ini? Mari kita pikirkan dan percakapkan mengenainya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun