Raut wajah rapuh
Usiamu yang tak muda lagi
Lara mendekam dalam jiwa patriot-mu dulu
Sudahkah kau mencuci tangan?
Berhentinya membasuh wajahmu yang yang keriput dan kering
Luka mencekam di penjuru dunia
Ranum menusuk jantung Ibu Pertiwi
Sayat demi sayat mengubur manusia
Tergeletak melayang, berhembus pergi nyawa dan nafas
Tak ada air mata duka yang menetes di tubuhnya
Mati tak disemayamkan, dikubur dengan tangis-tangis sunyi
Habis terkoyak
Menjerit kecil
Luka dan lara
Kusam dan kering
Layu sudah perjuangan panjang
Melawan kematian, memahat kehidupan
Habis sudah
Berlari dan berakhir
Pada palung dan cawan
Luka berlari, menampar, dan memusnahkan
Sisa-sisa jejak berkahir di senja nan kejam
Lambat melumat bibir ibu
Sedang ibu menangis tersedu-sedu
Membasuh air mata di pipi perihnya
Waktu tak menunggu sebulan
Untuk menyelaraskan ratusan batu nisan
Dengan cara mati yang sama, di waktu senja berselang
Lalu, di atas makam yang fana
Sepi bersahut-sahutan
Memanggil-manggil namamu
Mengakhiri riwayatmu
Sambil mengenang sisa-sisa nafas saat kematian melumat-mu perlahan
Samar terdengar doa-doa kebingungan arah
Selain untuk Tuhan
Corona mendekap erat Ibu Pertiwi
Cicayur-Indonesia, 31 Maret 2020_Wilibrordus Kau Suni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H