Mohon tunggu...
Wiliams Flavian Pita Roja
Wiliams Flavian Pita Roja Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Bachelor of Philosophy

Sarjana Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keluar dari Krisis Eksistensi Diri: Tinjauan Filsafat Manusia

27 Februari 2024   12:24 Diperbarui: 27 Februari 2024   12:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar Bereksistensi Sebagai Manusia Melalui Pengalaman Briptu Tolib

Pada siaran Kick Andi tanggal 7 Januari 2010, diangkat kisah-kisah para aparatur sipil negara yakni TNI dan POLRI yang mengorbankan hidup mereka demi banyak orang. Meskipun harus kehilangan hal-hal yang berarti, namun tetap berani bangkit dan melayani orang lain. Pada bagian pertama (part I) dikisahkan Briptu Tolib, seorang anggota GEGANA yang bersama regunya melakukan operasi Sadar Rencong III, melawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sesuai dengan tugasnya, ia dan timnya menjinakan bom dengan daya ledak rendah yang mereka temukan dalam operasi tersebut. Namun hal yang tak terduga terjadi, yang mana bom meledak dan mencederai tangan kiri Briptu Tolib, hingga akhirnya harus diamputasi sebatas pergelangan tangan. Penderitaannya bertambah saat ia harus kehilangan calon buah hatinya yang sudah berumur 6 bulan dalam kandungan. Istrinya keguguran karena kaget mendengar musibah yang menderita suaminya. Saat sadar akan situasi itu, yang ada dalam diri Briptu Tolib adalah putus asah. “Saya mengidam-idamkan bahwa saat pulang dari Aceh saya sudah menjadi ayah. Ternyata istri saya keguguran. Ini musibah terbesar dalam hidup saya.” Emosi yang labil, dan krisis percaya diri selalu ia rasakan.

Briptu Tolib bahkan tidak pernah ikut berdinas hingga tiga bulan. Setiap hari suntikan dukungan ia terima dari keluarga, rekan satu tim, satu kesatuan hingga komandannya. Akhirnya ia mampu bangkit dan kembali berdinas dengan semangat dan kemauan yang tinggi. Meski sempat minder karena kondisi tubuhnya yang cacat, kini ia berkeyakinan bahwa kondisi fisiknya bukanlah alasan untuk berhenti berkarya lewat tugasnya sebagai pasukan Gegana. Kini ia bisa menyelamatkan ribuan nyawa lewat tugas-tugas yang ia jalani, di Ambon, Papua dan daerah-daerah di mana ia dikirim oleh kesatuan nya.

Dari siaran tersebut saya memperoleh makna yang amat bermanfaat bagi saya. Saya tersadar bahwa kesaksian hidup Briptu Tolib, menunjukkan bahwa manusia mengalami krisis identitas dan berjuang untuk keluar dari krisis tersebut. Saat musibah tersebut terjadi ia kehilangan identitas sejatinya sebagai manusia yang berharga, hingga berujung pada rasa minder. Namun kemampuan Briptu Tolib bangkit dari peristiwa itu adalah kesaksian hidup yang menunjukan bahwa ia telah kembali menemukan identitasnya. Rasa berharganya itu kembali ia abdikan lewat tugasnya dan semangatnya meski dalam keadaan cacat fisik.

Siaran ini membangkitkan semangat bagi saya untuk menjadi manusia yang berharga, bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Memang, seperti yang terjadi pada Briptu Tolib, demikianlah yang terjadi pada manusia pada umumnya, yaitu pengalaman jatuh dan terpuruk. Kejadian itu membuat manusia kehilangan semangat untuk bereksistensi sebagaimana adanya. Namun Briptu Tolib akhirnya menyadarkan saya, kekurangan dan kelebihan, betapapun besarnya, bukanlah alasan untuk menutupi diri bagi dunia. Manusia adalah makhluk yang amat berharga dan bermartabat. Ia memberi diri bagi sesamanya, melayani tanpa batas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun