Mohon tunggu...
William Perkasa
William Perkasa Mohon Tunggu... lainnya -

Hidup ini hanya sekali. Mengapa harus memberikan orang lain kesempatan untuk mengatur hidup. Uang tidak menciptakan manusia. Namun manusia bisa menciptakan UANG,... \r\n\r\nhttp://www.williamperkasa.com,\r\nid twitter @williamperkasa\r\nBB PIN 7D730F92

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ukiran Kayu Suku Asmat di Mata Dunia Nilainya Miliaran Rupiah, Sementara di Indonesia Nilainya Hanya Sebungkus Nasi

2 Mei 2015   08:23 Diperbarui: 4 April 2017   17:30 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten Asmat dalam hal budaya sudah lama dikenal dunia, berbicara mengenai budaya ukiran berarti berbicara mengenai SUKU ASMAT bukan hanya dikenal di dalam negeri ini saja akan tetapi sudah terkenal sampai ke manca negara.

Orang-orang asli Suku Asmat pernah dipercayakan oleh pemerintah dan telah mengharumkan nama Indonesia pada pentas seni budaya internasional dan memperoleh juara, lewat setiap ukiran pahatan kayu yang membuat dunia berkata bahwa orang Suku Asmat itu unik, kreatif dan belum tertandingi hasil karya tangan ukiran mereka.

Kayu pohon yang nilainya tidak seberapa tetapi setelah berada ditangan para pengrajin/pengukir kayu suku asmat menjadi sangat bernilai. Setelah kena sentuhan tangan mereka dengan dirajut, dipahat akan menghasilkan sebuah karya ukiran kayu yang nilainya sangat tinggi dan mendunia. Keunikan dalam membuat ukiran inilah menjadikan suku Asmat begitu dikenal dimata dunia sampai Museum of Natural Art di New York, Amerika Serikat memberikan ruang khusus bagi hasil kerajinan seni pahat asmat ini disana.

Ukiran-ukiran kayu hasil karya Suku Asmat sangat menarik karena motifnya yang beragam dengan tingkat kerumitan tinggi dan bisa dilihat dari alat-alat yang mereka gunakan untuk mengukir serta sarat makna budaya.

Misalnya, ukiran yang menggambarkan wajah nenek moyang, binatang-binatang yang dekat dengan kehidupan masyarakat seperti kasuari dan buaya serta motif-motif antropomorfik.

Selain itu, ukiran kayu Suku Asmat juga menjadi bagian yang dekat dengan kehidupan masyarakat disana karena dijumpai pada setiap benda-benda yang mereka miliki seperti tiang-tiang di dalam yeu (rumah adat), perisai untuk berperang dan kentongan.

Keahlian Suku Asmat tidak hanya mengukir kayu menjadi benda-benda seni yang unik dan menarik, tapi juga membuat kano yang digunakan sebagai alat transportasi utama masyarakat yang tinggal di daerah rawa dengan sungai-sungai yang banyak ditumbuhi hutan bakau.

Jangan sampai hasil ukiran tangan suku asmat nilainya hanya dibayar dengan sebungkus nasi di Indonesia. Padahal setiap hasil karya ukiran tangan yang dibuat oleh para pengukir yang ada disana membuat indonesia dijuluki negara yang kaya akan karya ukir nya.

Pemerintah seolah-olah lupa. Atau memang pemerintah sedang pikun tidak ingat hasil karya terindah dari suku asmat ini. Museum yang ada disana sudah sangat sempit untuk menampung hasil kerajinan tangan suku asmat. Karena sempit nya ruang museum untuk memamerkan hasil kerajinan tangan suku asmat maka bisa dipastikan untuk tahun-tahun yang akan datang akan hilang dengan sendirinya sentuhan pahatan yang indah dari suku asmat ini.

Kurangnya publikasi serta minimnya perhatian pemerintah dalam memberikan ruang untuk memamerkan seni kerajinan tangan asmat membuat nilai kerajinan tangan suku asmat menjadi tidak bernilai dan terbuang begitu saja. Kejadian seperti inilah yang ditakutkan sehingga tidak ada generasi berikutnya yang dapat mewariskan pengukir-pengukir muda berikutnya. Peristiwa seperti inilah yang akan membuat anak bangsa suku asmat ini merasa asing dinegeri sendiri karena umumnya masyarakat Indonesia lebih bangga dengan budaya dan karya-karya dari negeri seberang dari pada hasil karya dalam negeri sendiri.

1430529670231619244
1430529670231619244
14305296991150950572
14305296991150950572
1430529731743144248
1430529731743144248
1430529759381848095
1430529759381848095

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun