Saat liburan hari Kamis kemarin tepatnya tanggal 29 Mei 2014 saya memutuskan untuk jalan-jalan menuju Puncak Bukit Sikunir yang berada di daerah Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah. Selama ini banyak orang mendengar atau hanya tau tentang keindahan pesona alam Bukit Sikunir karena ingin melihat Sunrise Sikunir di pagi hari dari Puncak Bukit tersebut. Tetapi kali ini disamping melihat Sunrise saya mendapatkan suasana baru di Puncak Bukit itu yakni dapat melihat 8 buah Gunung dengan jelas dari atas Puncak Bukit Sikunir. Berangkat dari Jakarta Hari Rabu 28 Mei 2014 sore pukul 14.00 naik bis dari Jakarta tujuan Wonosobo. Tarif bis untuk Jakarta tujuan Wonosobo ini Rp. 100.000,- sampai di Wonosobo Hari Kamis pagi pukul 02.00. Saya memutuskan untuk berhenti di POM Bensin Sapen Wonosobo, karena untuk memulai perjalanan menuju puncak Sikunir saya jadwalkan pukul 03.00 pagi. Hmm Orang gila di Puncak Gunung Sikunir.
Tepat pukul 03.00 pagi saya berangkat menggunakan motor untuk tujuan Puncak Sikunir suasana sejuknya udara pagi sangat terasa. Setelah 50 menit perjalanan saya sampai di  Gapura Dieng Plateu, tapi sampai di tempat itu ngak tau nich Pemkab Wonosobo kelihatan pelit sekali, penerangan untuk Gapura Dieng Plateu tidak ada satu buah lampu pun yang menyala, suasana nya gelap gulita tidak menunjukkan bahwa ada Gapura Dieng Plateu. Saya juga tau sampai di Gapura Dieng Plateu karena lampu kendaraan yang saya gunakan. Jangankan untuk Gapura Dieng Plateu sepanjang jalan berliku dan menanjak yang sebelah sisi kanannya jurang menganga yang kedalamannya kira-kira lebih dari 70 meter pun lampu penerangan jalannya tidak ada yang menyala. Tidak hanya lampu jalan saja tetapi arah penunjuk jalan untuk belok ke kiri atau pun tanda belok ke kanan tidak ada. Akan sangat berbeda suasana nya di daerah alun-alun Wonosobo yang tempatnya tepat berada di depan Kantor Bupati Wonosobo disini lampu yang mengitari alun-alun sangat boros sekali. Di pemikiran sempit saya berpikir unik maklum biasanya mikir kritis hehehehe. Kok aneh yach, Wonosobo yang terkenal karena pesona pemandangan alamnya tetapi kok yang dihiasi hanya alun-alun nya saja sementara daerah untuk mencapai tempat wisata malah seperti tidak diperhatikan dan diterlantarkan. Padahal begitu masuk alun-alun kota nya terasa sangat indah dan asri dengan suasana udara yang sejuk tetapi begitu menuju tempat daerah wisatanya sangat gersang. Weleh-weleh yang dibenerin cuma cashing nya doang.
Setelah menempuh perjalanan selama 90 menit akhirnya saya sampai di desa Sembungan, desa yang letaknya berada di daerah gunung Sikunir. Sampai di desa Sembungan pukul 04.30 pagi, begitu masuk gerbang desa ada sekumpulan pemuda 10 orang mencegat setiap orang yang masuk. Saya berpikir dalam hati ada apa ini kok mau masuk gerbang desa kok tiba-tiba di cegat untuk masuk dan cara mencegatnya juga ala preman, seperti tidak diajarkan bagaimana untuk Senyum, Sapa dan Salam kepada setiap pengunjung. Karena bagaimana pun juga pengunjung yang datang ke desa ini adalah bagian aset mereka sehingga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah yang menunjang peningkatan pendapatan ekonomi sekitar, tetapi kenapa cara untuk menjaga aset dan melayani tamu seperti tidak ajarkan untuk senyum, sapa dan salam agar pengunjung betah untuk datang ke tempat itu lain waktu. Tiba giliran saya mereka menyodorkan tiket masuk dan meminta uang Rp.5000,- setelah saya berikan uang kemudian saya baca tiket tanda masuk. Di bagian atas tiket tertulis PERUM PERHUTANI KPH KEDU UTARA, LEMBAGA MASYARAKAT DESA HUTAN GIRI TIRTA. Tiket masuk WISATA SUNRISE GUNUNG SIKUNIR (Pengunjung dilindungi oleh asuransi Jasa Raharja Rp.200,-)
Jrengggg lewat 10 m dari gerbang tempat pembayaran tiket saya disuguhkan atraksi yang menarik jalan nya sangat parah sekali. Jalan berlubang dan hancur, batu padas yang digunakan untuk alas jalan pada lepas, sampai pada daerah area parkir paling ujung di atas kendaraan saya berjoget terus dan bergoyang dombret akibat jalanan yang rusak. Dari gerbang pintu masuk tempat bayar tiket sampai area parkir terakhir lebih kurang 500 m. Sampai di area parkir kurang lebih 200 kendaraan roda empat parkir di tempat parkir dan ribuan motor juga ikut terparkir disana. Tiket parkir untuk roda dua Rp. 2000,- untuk kendaraan roda empat Rp. 5000,-. Pikiran cerdas saya menerawang terbang hehehe. Kenapa yach seperti nya pemerintah Kabupatennya rabun atau buta, kok daerah nya yang bagus dan punya aset potensi pariwisata dan objek wisata yang bisa dibanggakan dan dijual tetapi kenapa ngak terurus dan tidak bisa dibuat menjadi bagus untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang ingin datang ke tempat ini.
Mengingat tinggi nya minat pengunjung yang datang ke tempat ini tetapi jalan masuk ke desa Sembungan kok sepertinya tidak diperhatikan malah dibiarkan hancur tidak terawat. Padahal kalau seandainya jalanan nya bagus minat wisatawan yang ingin datang juga kan akan bertambah. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap pengunjung yang datang juga  bermarketing. Kalau seandainya tempat nya bagus pengunjung juga akan menceritakan bawah tempat nya yach memang bagus. Nah kalau tempat nya seperti ini apakah ini bukan jadi jualan yang buruk. Sehingga pengunjung seperti saya yang jauh-jauh datang dari Jakarta memutuskan cukup sekali saja untuk datang kesini untuk lain kali tobat dech ngak mau datang lagi. Aset pemkabnya sangat disayangkan dibuang percuma. Atau jangan, jangan, jangan, jangan. Uang yang didapatkan dari setiap pengunjung melalui tiket masuk ngak jelas kemana rimbanya. Kebetulan saya juga sedikit pintar ngitung. Melihat motor dan mobil yang terparkir ditempat parkir jumlah nya sangat banyak kalau lah pengunjung yang datang minimal 1000 orang hari ini berarti pendapatan dari tiket masuk saja sudah Rp. 5.000.000,- padahal ini hari Kamis hari libur kerja. Bagaimana untuk hari Minggu? Kalaulah dari tiket masuk dapat Rp.20.000.000,- per bulannya berarti Rp. 240.000.000,- per tahun kenapa uangnya tidak dipakai untuk membenahi fasilitas yang ada yang menunjang sektor wisata ini. Apakah tidak cukup pendapatan yang sampai Rp. 240.000.000 dibuat untuk membenarkan jalan masuk sehingga jalannya tidak banyak berlubang dan rusak parah. Apalagi Kabupaten Wonosobo sektor pariwisatanya sangat banyak sekali disamping Bukit Sikunir ada Gunung Prau, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Telaga Menjer kenapa aset pariwisata ini tidak dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Orang-orang di daerah Jawa itu terkenal dengan keuletan dan kreatif nya lho tetapi kenapa sektor pariwisatanya tidak dikelola dengan bagus dengan ulet dan kreatif juga. Keprigeeeeeeeee mas.
Setelah memarkirkan motor, saya pun memutuskan untuk mendaki sampai ke puncak bukit Sikunir. Waktu pendakian dari tempat parkir pukul 04.45 setelah berjalan selama 25 menit akhirnya saya sampai di puncak Sikunir. Saya berada di puncak bukit Sikunir pukul 05.15. Mulai siap-siap memasang kamera video untuk mengabadikan golden sunrise dari puncak bukit Sikunir. Hasil petikan fotonya seperti terlihat di bawah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H