Suku asmat sendiri dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik, suku ini memiliki patung khasnya yakni Patung Asmat. Suku asmat ini merupakan salah satu dari begitu banyaknya suku yang ada di indonesia yang memiliki keunikan dalam berbagai sudut pandang.
Maka kelanjutan dari pelestarian seni dan budaya Asmat juga termasuk menjaga dan menyimpan semua hasil yang dikategorikan terbaik ada disimpan di Museum yang semakin sempit koleksinya. Kapan pemerintah menyiapkan museum yang besar yang bisa menyimpan kerajinan tangan suku asmat ini.
Kalau kita bicara angka-angka dan uang, adakah perhatian pemerintah terhadap ukiran kayu suku asmat ini. Bagaimana akhirnya kalau sebuah hasil karya seni ukiran kayu suku asmat hanya laku dijual dan ditukar dengan sebungkus nasi? Karya seni kerajinan tangan ukiran kayu asmat sebentar lagi menjadi hilang dan banyak para pemahat menjadi alih profesi lain dikarenakan ukiran kayu tidak bernilai.
Padahal di salah satu museum kelas dunia Museum of Natural Art di New York, Amerika Serikat kerajinan seni pahat asmat ini diberikan ruang disana. Bagaimana dengan pemerintah Indonesia, kenapa dalam hal ini pemerintah seperti diam dan tidak memberikan afirmasi terhadap suku asmat ini.
Ukiran-ukiran kayu hasil karya Suku Asmat sangat menarik karena motifnya yang beragam dengan tingkat kerumitan tinggi dilihat dari alat-alat yang digunakan untuk mengukir serta sarat makna budaya.
Misalnya, ukiran yang menggambarkan wajah nenek moyang, binatang-binatang yang dekat dengan kehidupan masyarakat seperti kasuari dan buaya serta motif-motif antropomorfik.
Selain itu, ukiran kayu Suku Asmat juga menjadi bagian yang dekat dengan kehidupan masyarakat karena hampir dijumpai di setiap benda-benda yang mereka miliki seperti tiang-tiang di dalam yeu (rumah adat), perisai untuk berperang dan kentongan.
Keahlian Suku Asmat tidak hanya mengukir kayu menjadi benda-benda seni yang unik dan menarik, tapi juga membuat kano yang digunakan sebagai alat transportasi utama masyarakat yang tinggal di daerah rawa dengan sungai-sungai yang banyak ditumbuhi hutan bakau.
Panjang kano yang terbuat dari kayu bisa mencapai 15 meter dan beberapa kano dihiasi dengan ukiran dan dekorasi yang luar biasa. Adapun peralatan yang biasanya digunakan para pemahat Suku Asmat ini terdiri dari kapak batu, gigi binatang dan kulit kerang. Sedangkan untik menghaluskan patahan, mereka menggunakan taring babi, gigi-gigi ikan tertentu dan tiram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H