detik berlalu, atmosfir itu
yang tak terkehendaki bersama kerikil petakaÂ
jiwa menolak lambaian kelembutan
saling menghidupkan, seakan rayuan
namun itu sebuah kewajiban ciptaan
kau tahu? mereka menggertakan gigi hidup terlunta-lunta
menggenggam harapan kepada Hyang Esa
melolong laksana hamparan taufan luka,
akibat ruam-ruam cobaan, dan kini!
aku berdoa supaya mereka meluluhkan pikiran
pikiran yang hambar dan tersumbat gagasan gelap
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!