Mohon tunggu...
Wilhelmus TarsianiAlang
Wilhelmus TarsianiAlang Mohon Tunggu... Musisi - Saya tidak pandai menulis. hanya ingin Bercerita!

"Darah lebih kental, dari Air". Menulis itu bercerita dengan jari-jari Anda.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Melupakanmu adalah Mengingatmu

15 November 2020   11:10 Diperbarui: 15 November 2020   11:17 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat berbelanja di awal masuk Aspiran, Superior rumah mengingatkan kami untuk menggunakan masker saat berbelanja. Uniknya, di sepanjang jalan, di ruko-ruko, di lorong dan juga gorong, konsumen maupun produsen; singkatnya bumi manusia yang kami jumpai, yang terlihat hanya mata sampai rambut. Mereka menggunakan masker. Di balik masker, jujur, saya tertawa. Merenung sendiri, mengapa semua menggunakan masker.  Pertanyaan ini sebenarnya tidak perlu dijawab. Seantero manusia sudah tahu: pakai masker untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Sedi tung pande de corona ho e kesa, kata orang Manggarai, "semua karena Corona ipar!" Kita gelisah, karena sampai saat ini, obat vaksin atau obat anti virus belum jua ditemukan. Kita hanya mengandaikan antibodi, juga partisipasi diri dalam protokol pemerintah. Dengan harap cemas, badai ini pasti berlalu.

Berbicara tentang anti virus, bagi para pecinta komputer, sudah barang tentu tahu tentang SMADAV: perangkat lunak antivirus yang ditujukan untuk mengatasi varian virus komputer lokal maupun internasional yang menyebar di Indonesia---  yang selalu muncul saat komputer dihidupkan. Fakta menarik lainnya, penemu antivirus ini adalah Zainuddin Nafarin. Dia membuatnya pada 2006 saat masih berstatus sebagai siswa kelas XI SMA Negeri 2 Palangka Raya, Kalimantan Tengah, berkat perkenalannya dengan Visual Basic di laboratorium komputer sekolahnya.  Jadi itu temuan pelajar SMA.

Bercerita tentang pengalaman SMA dan Smadav, mengingatkanku akan SMAK Pancasila Borong. Di sana juga ada Smadav. Namun, smadav yang ini adalah nama geng kami. Maklumlah, usia SMA adalah masa di mana perkumpulan teman sebaya selalu wajar, sebuah ruang di mana ekspresi kemudaan dirayakan.

Smadav 45, begitulah kami mengingatnya, dibentuk 13 tahun kemudian setelah Smadav antivirus computer ditemukan--- pada 2019. Awalnya, itu hanya sebagai platform untuk berkisah bersama usai pulang sekolah. Namun lama kelamaan, ditempa oleh masa dan perubahan, kami lalu sadar Smadav adalah kumpulan anak-anak yang tidak terlalu dihargai di panggung sekolah. Kami jarang muncul dalam etalase siswa berprestasi yang dapat membuat para pendidik bangga, atau setidaknya orangtua. Kami hanya berkumpul untuk berkisah tentang kehidupan, suka dan duka, silsilah keluarga, dan terutama tentang cinta dan persahabatan.

Kalau boleh jujur. Saya tidak pernah membayangkan, bahwa ternyata dari smadav, belajar itu tidak sesempit ruang kelas. Bahwa ada sekolah tanpa bangunan, yaitu sekolah di luar sekolah, tempat perjumpaan generasi muda belajar mengisi peradaban tanpa sekadar melewatinya. Di kelas, kami belajar tentang prestasi, di smadav kami belajar tentang apresiasi. Di kelas, kami belajar mengenai penghargaan, di smadav kami menjumpai setiap pribadi itu berharga. Saya yakin, kamilah sepujuk surat untuk masa depan. Benar kata Amsal, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara dalam kesukaran" (17:17).

Smadav  45 mengajarkan kami, bahwa persahabatan itu bukan soal membunuh waktu, namun menghidupi waktu. Di sekolah kami berusaha menjadi murid yang teladan. Di smadav 45, kami belajar menjadi yang terbaik untuk sesama. Menjadi orang tua bagi yang lain: berjabatan tangan, berpelukan, menguatkan persaudaraan dengan menepuk bahu. Kami ibaratnya tangan dan mata, kalau tangan terluka, maka mata akan menangis. Dan jika mata meneteskan air mata, maka tangan akan dipakai untuk menghapusnya.

Inilah, yang kalau dipikir-pikir, menjadi kerinduan. Sudah sejak Maret, kami tidak berkumpul lagi. Kata orang bijak, harga sebuah persahabatan dirasakan ketika ada jarak. Maksudku bukanlah harga yang dapat ditakar dengan uang, namun kualitas waktu dan perjumpaan. Syukurlah, Tuhan itu baik. Ia selalu memberi kita memori, untuk mengenang segala peristiwa yang telah usai, "Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku". Semoga, kenangan ini, tidak lekang oleh waktu. Tidak terlumpuhkan oleh jarak. Karena kita bisa saja lokdon, namun kerinduan itu bagai sebuah celah dalam bendungan, yang dapat membobol temboknya dan membiarkan air kerinduan itu meluap dan membanjiri segala.

Sahabat dan saudaraku, smadav 45, orang pernah bilang, saudara itu adalah hadiah dari Tuhan, Kita tidak bisa memilih. Namun sahabat, itu hati kita sendirilah yang memilih.

Aku merindukan kalian, dari tempat yang paling sunyi di dunia ini.

Jaga kesehatan!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun