Mohon tunggu...
Wilfridus Bria
Wilfridus Bria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Guru di Yayasan Alirena

Guru di Papua, suka membaca dan bermain sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mimpi tentang Papua

8 Juli 2022   12:14 Diperbarui: 8 Juli 2022   12:16 1731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup selalu penuh dengan misteri. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, bahkan satu detik setelah saat ini. Misteri inilah yang bagi orang-orang yang optimis akan berkata, hidup akan baik-baik saja besok dan mereka yang kurang percaya akan muncul dengan banyak pertanyaan. Aku bukan orang ambisius tapi aku punya beberapa mimpi dalam hidup. 

Setelah menjalani hidup yang penuh warna, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, bertemu dengan orang dari berbagai suku dan ras, aku malah terus memiliki mimpi, sebanyak mungkin bertemu dengan banyak orang dari latar belakang, suku dan bangsa yang berbeda. 

Satu hal yang selalu ada dalam pikiranku, aku ingin belajar. Setelah lebih dari seperempat abad, mimpi untuk menjelajah ke tempat-tempat baru tidak hilang. Dan salah satu mimpi adalah bekerja di tanah Papua, tanah yang bagi mereka yang sudah berada di sana atau yang dari sana menyebutnya surga kecil yang jatuh ke bumi.

Papua kaya, Papua spesial. Aku sudah mendengar banyak kisah dan pengalaman orang tentang Papua, dan semua kisah itu hanya menambah rasa rindu dan cintaku pada salah pulau  dengan keberagaman flora dan fauna paling unik di dunia. Hidup selalu penuh dengan banyak simpangan yang tidak terduga. Kesempatan ke Papua akhirnya datang setelah puluhan tahun bermimpi. 

Doa dan mimpi sadarku akhirnya terwujud. Tuhan, Bapa yang aku imani, mengabulkan mimpi dan harapanku menjelang usiaku yang ke-tiga puluh enam. Di usia yang tidak muda lagi. Namun Tuhan selalu memberikan kita sesuatu pada saat yang tepat. Pada saat kita benar-benar siap.

Panggilan ke Tanah Papua, yang ketika masih di sekolah dasar lebih akrab aku kenal dengan nama Irian Jaya ini datang saat aku sedang berada di kampung halamanku, di bagian selatan Pulau Timor, yang berbatasan langsung dengan negara baru Timor Leste. 

Terima kasih Tuhan, saatnya memulai lembaran baru di tanah baru, tempat yang selama bertahun-tahun ku rindukan. Air mata selamat tinggal karena meninggalkan kampung halaman tercinta dibalas dengan air mata menuju tanah terjanji, Papua, tanah yang berlimpah susu dan madu, tanah yang kaya dan produktif.

Papua memang indah, dari udara saat pesawat Garuda Indonesia yang kami tumpangi akan mendarat di Kota Sorong, aku menyaksikan hutan yang begitu rapat dengan pohon-pohon menjulang tinggi, juga laut yang biru dengan potensi yang luar biasa. Air mata jatuh menyaksikan keagungan Tuhan. Tak hentinya aku mengucapkan syukur pada Tuhanku, yang selalu hadir pada saat yang tepat untuk memberikan sukacita dan penghiburan. 

Di tanah terjanji ini, aku akan memberikan yang terbaik dariku, itu adalah doa dan penyerahanku. Aku yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkanku dalam setiap usaha dan cita-citaku. Hutan dan sungai akan menjadi saksi cintaku pada tanah Papua, pada saudara-saudariku di Papua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun