Mohon tunggu...
Wilfrida Charismanur
Wilfrida Charismanur Mohon Tunggu... Lainnya - Staebearryy_

WilfridaCharismanur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Adat Budaya, Masyarakat Suku Tengger Langsungkan Upacara Yadnya Kasada

1 Juli 2021   14:25 Diperbarui: 1 Juli 2021   14:31 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari Sabtu (26/06/2021) masyarakat suku tengger melakukan Upacara Yadnya kasada. Upacara adat masyarakat suku tengger yang rutin dilakukan satu tahun sekali ini terus diadakan sebagai refleksi mereka untuk menghargai, menghormati leluhur serta terus melestarikan adat dan budaya suku Tengger.

Upacara Yadnya Kasada merupakan upacara terbesar yang dilaksanakan oleh masyarakat Suku Tengger secara keseluruhan. Yakni masyarakat yang mendiami lereng Gunung Bormo yang terdiri dari masyarakat Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Probolinggo yang dikategorikan sebagai mayarakat adat suku Tengger. Upacara Yadnya Kasada adalah hari raya kurban Suku Tengger yang dilaksanakan pada tanggal 14-15 purnama bulan kasada (bulan keduabelas menurut perhitungan penanggalan kalender Tengger).

Masyarakat Suku Tengger melakukan rangkaian ritual upacara Yajnya Kasada dengan puncaknya melakukan larung sesaji berupa palawija, hasil bumi maupun binatang ternak ke kawah Gunung Bromo sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya. Sutarto (2006:6) menjelaskan bahwa:

 "Hari raya kurban ini merupakan pelaksanaan pesan leluhur orang Tengger yang bernama Raden Kusuma alias Kyai Kusuma alias Dewa Kusuma, putra bungsu Rara Anteng dan Jaka Seger, yang telah merelakan dirinya menjadi kurban demi kesejahteraan ayah, ibu, serta para saudaranya. Kasodoan merupakan sarana komunikasi antara orang Tengger dengan Hyang Widi Wasa dan roh-roh halus yang menjaga Tengger. Komunikasi itu dilakukan melalui dukun Tengger, pewaris aktif tradisi Tengger. Kepergian dukun Tengger ke Bromo bukan hanya untuk berdoa, melainkan juga untuk minta berkah kepada yang menjaga Gunung Bromo. Permintaan itu ditujukan kepada Sang Dewa Kusuma yang dikurbankan (dilabuh) di Kawah Bromo. Selain meminta sesuatu, dukun Tengger juga memberi sesuatu, yaitu melaksanakan amanat Raden Kusuma yang diucapkan pada masa lalu yang berbunyi sebagai berikut: "Dulurku sing isih urip ana ngalam donya, ngalam padang, mbesuk aku saben wulan Kasada kirimana barang samubarang sing ana rupa tuwuh, rupa sandhang pangan, saanane sandhang pangan sing rika pangan ana ngalam donya, weruh rasane, apa sing rika suwun mesti keturutan kekarepane rika, ya keturutan panjaluke rika ya mesti kinabulna." ("Saudara-saudaraku yang masih hidup di dunia, di alam terang, kelak setiap bulan Kasada, kirimkan kepadaku hasil pertanianmu, dan makanan yang kalian makan di dunia, agar aku dapat merasakannya. Keinginanmu dan permintaanmu pasti kukabulkan").

Sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki adat budaya, seharusnya kita terus menjaga agar adat budaya kita tidak punah, seiring dengan perkembangan zaman yang ada. Dengan tetap melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan adat istiadat sama dengan kita terus menjaga dan menghargai jasa leluhur kita yang telah dahulu merefleksikan rasa syukurnya kepada Tuhan sang Pencipta Alam. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun