Mohon tunggu...
Wild flower
Wild flower Mohon Tunggu... -

Tukang baca yang sedang berusaha merangkai kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironinya Kemerdekaan

18 Agustus 2016   11:54 Diperbarui: 18 Agustus 2016   12:04 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merdeka itu apa sih ?

Tentu setiap kita punya opini, tentang arti dari kata yang satu ini. Dan apapun opininya, saya rasa semua kita menginginkan Kemerdekaan , bahkan kalau perlu lebih baik mati daripada terjajah. Slogan penuh keberanian yang sering terucap dan sudah sangat kita kenal : Merdeka atau Mati !

Dan kita sering terhimpit ditengah-tengahnya : Atau. Tidak merdeka, tidak juga mati. Tapi hidup seringkali setengah mati sulitnya.

Merdeka itu sendiri bagi saya ironi. Ironi bila disalah artikan dengan pengertian yang membabi buta tanpa arah. Dan saya sudah melihat contoh kebablasannya  dengan mendengar banyak kisah dan cerita, juga melihat secara nyata didepan mata kepala sendiri.

Contoh 1 :

Si A , mulanya anak sekolah, meminta kebebasan penuh. Tidak mau diikat aturan, tidak boleh dicubit guru, tidak boleh digebuk kemoceng. Tidak buat PR, ngobrol dikelas, bolos, main game sepanjang hari, hura hura di Mall, dapat uang jajan melimpah dari ortu borjunya.

Si A kemudian jadi mahasiswa, punya mobil mewah, dan kampus hanya jadi tempat ngeceng dan cari pacar. Ujian nyontek, absen nitip teman dengan uang rokok sebagai sogokan.

Kerjaan rumah tangga, boro boro pernah cuci piring, ngepel, kalau bisa pakai sepatu dan bajupun dipakaian pembantu, kalau bisa kata saya, hehehehee.

Kerja ? Tidak perlu mencari lowongan pekerjaan. Di perusahan papa mamanya, sudah tersedia jabatan komisaris utama, untuk kemudian diangkat jadi direktur utama kelak. Tugasnya Cuma neken-neken, syukur kalau tahu apa yang diteken, atau apa yang harus diputuskan demi kemajuan perusahaan.

Lha Wong kerjanya Cuma nge "pub", dan ngejar-ngejar Pokemon keliling kota kalau perlu luar kota dan luar negeri,  tak perlu sebut nama Bento 3 kali, uang sudah datang sendiri, tinggal gesek, tinggal teken, beres.

Siapa yang berani memarahi si Tuan Muda A, kalau bolos tak masuk kerja ? Atau bila si Bos salah dan tak becus ini itu ? Tak ada hukuman, tak ada SP 1 apalagi 3, tak ada panggilan ke HRD meskipun si Tuan A hanya masuk 1 hari dan bolos disepanjang hari lainnya. Juga tak ada yang berani melarang bila si Bos cuma datang untuk minta kas bon, 1 atau 2 juta, yang tak pernah dibayar.  Padahal gajinya tak boleh kurang sepeserpun, tak boleh terlambat, dan setiap tahun si Bos A harus naik gaji jauh lebih besar dari karyawan lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun