[caption id="attachment_106471" align="alignright" width="300" caption="Si Jalak Harupat (photo by Iden Wildensyah)"][/caption] Sedikit demi sedikit muncul kepermukaan, bahwa penggemar menulis dan membaca itu ternyata juga pencinta sepakbola. Lebih dari itu, banyak kompasianer yang juga menjadi pendukung team sepakbola di daerahnya masing-masing. Yang dari Jawa Barat misalnya rame-rame membahas dukungannya terhadap Persib Bandung. Dari Sumatera Utara, terang-terangan cinta mati Sriwijaya FC, dari Solo mendukung Persis Solo bahkan menyelipkan Arseto Solo yang legendaris. Lalu dari Malang tidak ketinggalan salam satu Jiwa Aremania, dari Medan mendukung PSMS Medan, dari Surabaya mendukung Persebaya, dari Makasar mendukung PSM Makasar dan tentu saja dari Jakarta mendukung Persija. Dalam beberapa postingan terutama setelah pancingan kata "selocalsoccer", saya melihat seperti jamur tumbuh di musim hujan. Banyak berderet nama-nama penggemar bola yang menuangkan ide, menuliskan laporan, mencatat reportase tentang pernak-pernik sepakbola. Dari yang mengkritik, mendukung sampai membubuhkan hiburan juga lengkap tersedia dalam catatan sepakbola para Kompasianer ini. Inilah asiknya kalau para pendukung bola menulis, selalu ada sisi lain yang bisa dituliskan dalam dinamika sepakbola. Tetapi yang utama bagi saya dan perlu dicatat adalah kompasianer yang rata-rata penulis dalam mendukung team kesayangannya terlihat dewasa. Tidak ada kata-kata permusuhan dalam menyampaikan berita ataupun tulisan. Semua disampaikan dengan gaya-gaya yang unik, elegan dan dewasa. Saya sungguh beruntung bertemu forum menulis ini, disinilah indahnya supporter sepakbola dewasa berkumpul, menyampaikan gagasan, menyampaikan kekesalan, keluhan dan kritik terhadap team kesayangannya tanpa bersikap anarkis atau kekanak-kanakan. Bayangkan mendukung sepakbola Indonesia seperti ini, saya yakin stadion bukan lagi tempat yang menyeramkan. Stadion akan seperti tempat ruang publik yang bisa menyatukan semua elemen masyarakat tanpa diliputi oleh ketakutan, keresahan akan kerusuhan setelah pertandingan usai. Bisa jadi, ini akan menjadi tolak ukur dalam mendukung, jika semakin banyak yang mengkampanyekan dukungan sepakbola dengan cara dewasa ala kompasianer, mungkin lebih banyak yang akan dewasa dalam mendukung. Yang cinta mati, silahkan saja teruskan kecintaannya terhadap sepakbola. Yang suka berkumpul dan menyanyikan yel-yel penyemangat, lakukan saja dengan atraktif dan menarik. Asal.... tolong jangan anarkis. Karena anarkis akan merugikan diri sendiri dan citra team kesayangan kita. Mari kita dukung gerakan supporter sepakbola yang damai, dewasa, dan menjunjung tinggi sportivitas. Fair play please !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H