Mohon tunggu...
Iden Wildensyahâ„¢
Iden Wildensyahâ„¢ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saya (Tidak) Terjebak Seks Mariska Lubis

6 Juni 2010   23:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:42 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_158897" align="alignright" width="200" caption="Buku Mariska Lubis (Ilustrasi diunduh tanpa ijin dari fb-nya Mariska Lubis)"][/caption] Setelah gagal mendapatkan buku Mariska Lubis di Kios langganan saya di Palasari, saya berhasil menemukan di sebuah toko buku diskon di Bandung. Rasa penasaran saya selalu menuntun pada pertanyaan yang harus dijawab, harus diselesaikan dan harus dituntaskan. Penasaran itu terletak pada sebuah kata seks yang harus menjadi pelajaran bagi para pemimpin bangsa. ''Siapakah pemimpin bangsa yang harus membaca buku ini, mbak? Tolong jawab sedikit saja pertanyaan ini. Politisi kah, negarawan, akademisi, mahasiswa, siswa, anak TK atau masyarakat umum lainnya?''. Itulah titik kepenasaran saya yang memercikan semangat membaca buku Mariska Lubis. Bagi saya, setiap orang adalah pemimpin bangsa, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri, dengan logika ini, semua orang harus membaca buku seks Mariska Lubis. Benarkah demikian? Kita baca saja lebih dalam buku Mariska Lubis ini. Mulai dari penulis, Mariska Lubis adalah blogger seks terpopuler di Indonesia, demikian sebuah identitas yang terpampang jelas disampul buku itu. Setelah itu sebuah ranjang, dua bantal besar dan dua bantal kecil dengan kata seks yang dibentuk dari tekstur seprai diatas ranjang. Buku itu tidak bisa dibilang tipis, dengan kata pengantar dan beberapa catatan tambahan dari kompasianer, sudah cukup lumayan sedikit tebal. Jenis kertasnya terbilang lux. Isinya, tentu saja sebuah tema seks yang selalu menjadi bahan perhatian Mariska Lubis. Seks yang dengannya Mariska Lubis menemukan Tuhan, menemukan cinta, menemukan pelajaran untuk pemimpin bangsa. Dari dulu saya sering katakan, bahwa saya 'tidak kuat' membaca tema seks Mariska Lubis. Selain karena kesal tidak bisa mengisi komentar saking banyaknya komentator yang memaksa saya harus 'rolling mouse' sampai bawah sekali juga karena isinya. Yah..Isinya sangat dalam yang tidak sekedar berbicara daging mentah diantara selangkangan lelaki atau wanita. Seks dalam catatan Mariska Lubis lebih dari sekedar itu. Seks hanya pijakan awal untuk melangkah lebih dalam pada sebuah tema universal kehidupan seperti politik, kasih sayang, dan dinamika sosial budaya lainnya yang menarik untuk dikaji. Seks bagi Mariska Lubis ternyata memang benar-benar mengasikan, membuatnya tenggelam sehingga mampu meraih karya dari sebuah tema seks. Inilah yang patut di contoh bagi semua kalangan yang berpikir kritis, maju dan dinamis. Saya katakan sekali lagi, saya tidak terjebak tema seks Mariska Lubis di buku itu. Saya hanya menemukan banyak keunikan, perbedaan yang menarik hingga saya bisa menulis sedikit kesan tentang buku itu. Yah, saya pemimpin bangsa, minimal memimpin diri sendiri, keluarga dan lingkungan terdekat saya. Saya harus belajar, saya harus mengetahui banyak tentang dinamika pemimpin, tidak salah saya membaca buku Mariska Lubis karena menemukan perbedaan dengan buku lainnya. Perbedaan itu terletak pada cara penuturan, penyampaian yang enak dibaca, tema yang mudah dimengerti dan menginspirasi. Walaupun telat, boleh dong mengatakan selamat untuk buku Mariska Lubis! Saya sudah membacanya, dengan demikian tuntas sudah kepenasaran saya pada buku Mariska Lubis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun