Mohon tunggu...
Iden Wildensyahâ„¢
Iden Wildensyahâ„¢ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya dan Buletin Wanadri

30 Januari 2010   17:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:10 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_66873" align="aligncenter" width="180" caption="foto dari google"][/caption] "Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk sega la kebajikan yang lain." - Cicero Jika ada satu majalah yang berjasa dalam membuat saya gemar menulis, maka majalah itu bernama Buletin Wanadri. Saya tidak bisa dipisahkan dari Buletin Wanadri, saya mengenalnya ketika kuliah di Setiabudi 207 Bandung. dalam setiap bulan terbitnya Buletin Wanadri selalu saya tunggu, selain mendapatkan banyak hal yang bermakna dari isi dan cerita seputar petualangan alam terbuka, saya juga mendapatkan semangat untuk menulis dari kehadiran Buletin Wanadri (selanjutnya disebut BW). Format BW yang awal saya kenali sungguh berbeda, dari tampilan muka, logo sampai isi. nilai perbedaan ini yang membuat saya sangat loyal menjadi pembaca setia BW. jenis tulisan Satcacao yang saya kenali dari sampul muka ini memberi kesan tersendiri. Jenis huruf ini seolah menjadi trade mark BW. ketika format huruf ini di ganti, saya merasakan sesuatu yang berbeda. saya merasa kehilangan identitas BW yang saya kenal selama itu. BW mengganti format mendekati karakter National Geoghrapic. Saya menyayangkan karena jika National Geoghrapic (NG) terbit edisi Indonesia, habislah BW. dan betul saja, dugaan saya tidak meleset, NG terbit versi Indonesia. BW harusnya kembali ke format karakter awal yang saya anggap sebagai trade mark-nya BW. Selain karena kegemaran saya membaca, kehadiran BW saya nantikan dengan penuh harap tulisan saya muncul. Pada mulanya hanya berita seputar perkumpulan pecinta alam saja yang saya tulis dan kirimkan ke BW. Ada semacam kebanggaan tersendiri ketika saya melihat tulisan saya muncul di BW. Saya menulis opini dirubrik Kolom Bebas, selebihnya saya menulis tentang banyak hal yang berhubungan dengan masalah pecinta alam dan lingkungan. Alhasil dari keseringan berkirim artikel, saya bisa berkenalan secara langsung dengan jajaran redaksi BW, beberapa orang saya kenal sangat baik dalam menjaga nilai pertemanan, saya mengenal Haris, Galih Donikara, Antonius Satya, Jejen, dan banyak lagi (Saya memanggil dengan Kang Haris, Kang Galih, Kang Anton dll sebagai bentuk hormat saya pada mereka). Saya belajar banyak dari perkenalan dengan dewan redaksi BW, mereka memang orang besar dengan pengalaman yang mumpuni dibidang kegiatan alam terbuka. Saya bersyukur mengenal mereka dari BW. kini setelah hampir satu tahun, saya merasa kehilangan BW. saya merindukannya seperti merindukan kehadiran seorang yang sudah lama tidak berjumpa. Saya yakin suatu saat nanti BW akan muncul lagi dengan saya bisa berkontribusi untuk dunia kepecintaalaman Indonesia. (Photo Buletin Wanadri di atas dari stephenlangitan.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun