[caption id="attachment_150372" align="alignright" width="300" caption="Lorong Dalam Yang Lenggang di Palasari (dok.pribadi)"][/caption] Setelah gagal bertemu dosen di kampus tercinta yang ingin sesegeramungkin di tinggalkan, saya meluncur ke Palasari. Seperti biasa, hunting buku dan menuntaskan kepenasaran saya tentang sebuah metodologi penelitian bernama metode pembobotan. Salahsatu materinya adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan suatu teknik pengambilan keputusan kriteria majemuk yang berguna untuk mengevaluasi alternatif yang kompleks melibatkan subjektivitas atau kriteria yang intangible. Seperti biasa, jika dosen tidak ada maka buku adalah pembimbing sejatinya. Meluncur ke Palasari sebagai gudang buku terlengkap di Kota Bandung. Saya sih berpikir mudah-mudahan selain dapat buku metodologi penelitian itu, juga mendapatkan banyak pencerahan jika bertemu tumpukan buku yang seolah merayu untuk dibawa pulang. [caption id="attachment_150378" align="alignleft" width="300" caption="Rak Buku di Kios Belakang Palasari (dok.pribadi)"][/caption] Palasari ternyata sangat lenggang, tidak terlihat kesibukan-kesibukan yang memadati setiap kios. Beberapa kios bahkan tutup. Entah kenapa, tetapi yang pasti walaupun sebagian tutup, para penjual banyak yang buka juga. Saya sih berpikir mungkin sedang istirahat atau mengganti giliran jaga. Di lorong itu, high risk.. banyak buku yang bisa menimpa, banyak buku juga yang menjerumuskan untuk membelinya. Menjerumuskan dalam tanda kutip yang baik, yang positif. Bagaimanapun sebuah buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya, demikian kata guru saya dulu. Saya langsung menuju kios belakang, sebuah kios yang sudah tidak asing lagi. Disana terdapat banyak buku, tetapi sungguh tidak terduga sebelumnya, buku yang saya cari nihil. Buku metodologi yang ditawarkan pun tidak ada, semuanya masih sama. Tidak ada buku yang saya cari. Ahhaa.. saya teringat satu buku kompasianer yang ingin saya beli, tanpa menunggu waktu saya tanyakan langsung ke bagian administrasi "Mbak ada buku Mariska Lubis, judulnya Wahai Pemimpin Bangsa Belajar Dari Seks Dong!". Si Mbak yang di maksud langsung cekatan mengetik nama dan judul. Tekan enter dan hasilnya nol. Mbak itu bilang "habis mas". Saya masih tidak percaya, "Habis Mbak?". Si Mbak bilang "tuh nol mas, habis, belum ada kiriman lagi". Oalah.. Mbak Mariska, bukumu habis di kios langganan saya! "Ya udah, deh, saya cari di tempat saya yang lain". [caption id="attachment_150381" align="alignright" width="300" caption="High Risk! (dok.pribadi)"][/caption] Buku metodologi tidak, buku Mariska Lubis juga habis, hmmm saya jalan-jalan saja di lorong tengah, kali aja ketemu "penawar buku" yang nawarin buku itu. Saya bertemu beberapa kios langganan di dalam, termasuk kios High Risk yang sangat menarik. Yang high risk ini, buku-bukunya menarik. Cetakannya edisi lama, ada dari dalam negeri juga dari dalam negeri. Komplit jika mencari koleksi buku lama. Tetapi AHP yang saya cari tetap saja tidak ada. Lewat lorong tengah, saya keluar, sebuah gerobak es durian sudah menanti. Es Durian itu lahap saya nikmati. hmm penjualnya bernama Danu, seorang pemuda tegap yang berasal dari Limbangan Garut. Tutur katanya enak, diajak ngobrol kesana kemari sangat nyaman. Apalagi es durian itu.. hmmm enak sekali. Es Durian yang dipadu dengan ketan hitam dan susu. Kalau siang-siang setelah hunting buku di Palasari yang panas, menyantap es durian itu membuat kepala menjadi dingin kembali. Es Durian Palasari membuat pikiran kembali enak setelah kecewa karena buku yang dicari tidak ada. Ingat saja, di depan Palasari seberang sekolah palasari, ada sebuah es durian. Harga satu porsinya Rp 8000,00 cukup untuk membuat tenggorokan dingin, segar dan enak. hmmmmm ...................................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................................... [caption id="attachment_150386" align="aligncenter" width="300" caption="Es Durian itu lho (dok.pribadi)"][/caption] Ini gerobak es durian yang menanti di depan jajaran pasar buku Palasari, saran saya menyantap es durian itu enaknya setelah ngubek-ngubek pasar buku. Kalau badannya udah cape, haus sedikit maka menyantap es durian akan terasa sampai ke hati. [caption id="attachment_150387" align="aligncenter" width="300" caption="Es Durin yang siap di santap (dok.pribadi)"][/caption] Es Durian, ada sedikit aroma duriannya. Bagi yang alergi terhadap bau durian, bisa meminta hanya esnya saja, soalnya dalam esnya sudah ada cita rasa durian. Tenang saja, tidak menyengat kok. [caption id="attachment_150392" align="aligncenter" width="300" caption="Menyantap Es Durian (Photo by Danu)"][/caption] Foto ini yang motret Danu, ternyata dia berbakat untuk menjadi Fotografer, hasilnya tidak mengecewakan hehe. Palasari lainnya ada di: Palasari (Tidak) Lengkap Dinamika Pasar Buku Palasari Terjebak Buku Lama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H