Mohon tunggu...
Iden Wildensyahâ„¢
Iden Wildensyahâ„¢ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lebih Dekat Merasakan Pembelajar Holistik

1 April 2011   14:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:13 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_99520" align="alignleft" width="300" caption="Belajar Menyenangkan (Dok.Iden Wildensyah)"][/caption] Saya datang terlambat beberapa menit ketika memulai kegiatan observasi ini, adik-adik di Kelompok Jatayu sudah berada dalam ruang bersama Kakak-kakaknya. Kegiatan pertama setelah berdoa adalah Yoga. Waw, bagi saya ini surprise, ada Yoga di dalam kelas anak-anak setingkat SD. Yoga, dari literature yang saya dapatkan adalah salah satu cara meditasi untuk menenangkan pikiran. Yoga adalah metode pengembangan pribadi yang menyelaraskan tubuh, pikiran, dan jiwa dengan cara olahtubuh, aliran pernafasan dan meditasi. Secara literal, Yoga diterjemahkan dari bahasa Sanskrit yaitu "Yoke" atau kesatuan antara tubuh, jiwa, dan pikiran. Yoga berarti "penyatuan", yang bermakna "penyatuan dengan alam" atau "penyatuan dengan Sang Pencipta". Yoga bertujuan untuk menyatukan manusia dengan alam hingga menjadi kesatuan yang harmonis.Yoga menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan.

[caption id="attachment_99522" align="alignright" width="300" caption="Yoga (dok.iden wildensyah)"][/caption] Yoga dilakukan sebelum kegiatan belajar selanjutnya, saat hari masih pagi, cuaca masih segar dan pikiran masih segar juga. Kak Claudine dan Kak Fani membimbing adik-adik mengikuti gerakan Yoga, saya pun merasa tergerak untuk ikut menyelaraskan gerakan, walaupun sebagai observer tapi rasanya menyelaraskan tubuh, pikiran, dan jiwa, menarik untuk diikuti.

Setelah Yoga, sesi selanjutnya adalah bercerita. Dan adik-adik begitu antusias mengikuti. Dengan tanpa di batasi kursi dan meja, mereka membentuk lingkaran. Kakak memancing adik-adik untuk bercerita, pilihan kemudian jatuh kepada salah satu anak Anak tersebut kemudian mengambil posisi sebagai sentral utama dari semua peserta didik. Dia bercerita tentang penelitiannya yang dilakukan dirumah. Amazing, susunan kalimat yang dilontarkan oleh dia sangat baik, termasuk dalam menuturkan ceritanya. Pagi itu, dia bercerita tentang Telur Ayam dan air garam. Seingat saya, ini adalah bentuk percobaan dari hukum Archimedes. Hukum Archimedes mengatakan bahwa "Jika suatu benda dicelupkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan keatas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut".

[caption id="attachment_99523" align="alignleft" width="300" caption="Bercerita (dok.iden wildensyah)"][/caption] Cerita selanjutnya dari dia adalah busa, air dan tanah. Air kemudian menghilang. Dia kemudian menanyakan kepada kakak, kakak kemudian melempar kepada adik-adik yang lain untuk coba mencari kemungkinan jawaban atas pertanyaan dia. Ini menarik karena posisi Kakak benar-benar sebagai fasilitator adik untuk belajar mengungkapkan argumentasi.

Sesi selanjutnya adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). Posisi kemudian berubah, adik-adik yang semula berada dibawah lantai dengan berbagai posisi ternyaman versi mereka, kini beralih ke kursi dan meja. Kursi dan meja yang ditumpuk rapi didalam ruangan, kemudian ditata sedemikian rupa oleh mereka dalam hitungan waktu yang tidak terlalu lama, adik-adik yang mengambil meja dan kursi sendiri tanpa meminta bantuan dari kakaknya. Mereka dibiasakan mandiri untuk memakai dan merapikan sendiri barang yang sudah atau akan dipakai.

Memasuki sesi LKS, sebelumnya kakak membuat spider web, kemudian memancing adik-adik untuk mengemukakan pendapatnya. Mengisi ruang-ruang kosong dalam spider web untuk kemudian memberikan penjelasan tentang kata-kata tersebut. Tema minggu itu adalah Around The World, saat itu memasuki wilayah Jepang. Spider web yang dibuatkannya juga adalah Negara Jepang. Dalam Spider web itu dibuka tentang segala sesuatu tentang Negara Jepang dalam benak adik-adik. Spider web terbentuk kemudian mereka dibimbing untuk membuat baris kata, baris kata tersebut kemudian membentuk puisi dalam dua bait, masing-masing 4 baris. Dari LKS ini, adik-adik diberikan tugas untuk membuat puisi tentang Benua Eropa.

Memasuki masa istirahat, adik-adik bermain dilapangan, sementara kakak sebagian memeriksa hasil dari tantangan (tantangan adalah kata lain dari Pekerjaan Rumah). Pemberian nilai tantangan ada dalam buku bintang. Buku bintang ini sebagai penghargaan atas kinerja mereka dalam mengerjakan, kadarnya tergantung dari karya yang dihasilkan. Semakin bagus jawaban atas tantangan yang dibuat, semakin banyak bintang yang akan diterima.

Setelah sesi istirahat, selanjutnya adalah nonton film tentang Maroko. Adik-adik sudah berbaris rapi menuju ruang menonton, berjalan tertib dan tak lupa membawa catatan. Mereka diinstruksikan oleh kakak untuk mencatat setiap hal yang penting dari film yang akan ditonton tersebut. Ruang menonton itu ada di salahsatu sudut ruang perpustakaan, saat film ditayangkan adik-adik antusias menulis dan mencatat semua yang penting, sesekali diiringi dengan pertanyaan.

Setelah menonton selesai, kemudian istirahat kedua. Dan setelah istirahat dilakukan pembagian bintang atas LKS yang sebelumnya. Kakak menjelaskan tentang beberapa karya yang baik dan kurang baik, kemudian memberikan saran serta mengembalikan karya yang harus dilengkapi dengan baik agar mendapatkan bintang.

Kakak, yah.. sebagai fasilitator adik-adik dalam belajar ada saatnya tegas dalam memberikan instruksi kepada adik-adiknya terutama jika sudah berkali-kali diperingatkan. Salahsatu peringatan yang paling ditakuti adalah diberikan ruang untuk menyendiri karena dianggap mengganggu teman-temannya. Atau disarankan untuk sementara waktu mengikuti kelas kelompok lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun