[caption id="attachment_127609" align="alignright" width="224" caption="Bike Line di Bandung (dok.pribadi)"][/caption] Jalur Sepeda di Bandung itu unik Keberadaan jalur sepeda bagi pesepeda sangat membantu. Jalur sepeda memungkinkan para pesepeda merasa aman selama mengayuh sepedanya. Kekhawatiran terserempet atau parahnya tertabrak oleh mobil atau motor tidak akan ada. Jalur sepeda secara tidak langsung mengkampanyekan gaya hidup baru, bersepeda. Jogjakarta adalah contoh kota yang sukses membangun jalur sepeda. Memang bukan hal yang aneh karena secara kultur, bersepeda disana seperti sudah menjadi tradisi sejak dahulu. Sepeda seolah tidak bisa dihilangkan dalam kebudayaan masyarakat Jawa. Lihat saja dalam beberapa catatan atau foto tentang sepeda, iring-iringan sepeda disana lebih banyak dibanding di Kota Bandung misalnya, atau Kota-kota lain di Indonesia. Mayoritas penduduk disana tidak asing dengan sepeda, bahkan sebelum ada kampanye bersepedapun sudah banyak yang menggunakan sepeda ke kantor, balaikota, dan juga ke sekolah. Kita tengok sejenak keluar negeri, salahsatu kota yang sudah ada jalur sepeda sebagai implementasi program langit biru bersamaan dengan kebijakan transportasi massal adalah Bogota. Bogota berhasil dalam membuat jalur pedestrian, jalur sepeda, taman kota, ruang publik dan moda transportasi massal. Bahkan Jakartapun belajar dari Bogota dalam proyek Busway-nya walaupun tidak seberhasil Bogota karena tidak diikuti oleh program lainnya yang saling mendukung. Bandung mau ikut Bogota, tunggu dulu. Bisa terlaksana jika kebijakan lainnya juga dilaksanakan dengan baik. Misalnya Jalur Sepeda, ternyata di Kota Bandung, jalur sepeda hanya 3-5 meter setelah itu hanya trotoar biasa. Yang lebih miris lagi, trotoar yang selalu terjadi rebutan ruang dengan pihak lain. Kalau sudah begini, pertanyaannya, bagaimana mungkin bersepeda di jalur sepeda seperti itu? Inginnya nyaman yang ada malah memancing keributan dengan pihak lain. Oh iya, gambar Sepeda di Lantai ini hanya ada di Jalan Dago, hanya beberapa meter saja. Dulu saya berpikir sepanjang jalan Dago dari Ujung utara di Simpang Dago Sampai Balaikota Bandung di Jalan Merdeka, ternyata cuma sedikit saja. [caption id="attachment_127610" align="aligncenter" width="224" caption="Jalur Sepeda Tapi Tidak Ada Sepeda Yang Berani Lewat (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_127614" align="aligncenter" width="300" caption="Mari Pulihkan Bandung (dok.pribadi)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H