Mohon tunggu...
Iden Wildensyah™
Iden Wildensyah™ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinamika Pasar Buku Palasari

21 Mei 2010   01:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:04 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_145400" align="alignright" width="259" caption="Palasari Depan (foto Ikhlasul Amal /www.flickr.com)"][/caption] Mencari buku di Pasar Buku kata Bocipalz harus lihai dan jeli, karena memang demikian. Jika tidak jeli dan lihai, niat mencari buku murah berkualitas, yang ada sebaliknya kita bisa tertipu. Sebelumnya saya menulis tentang terjebak buku lama di Palasari, kini saya catat beberapa dinamika di Pasar Buku Palasari, Bandung Bagi anda pecinta buku, pembeli buku, pembaca maupun sekedar jadi kolektor, Palasari adalah surga bagi mereka. Palasari adalah sebuah pasar buku di Bandung, sama halnya dengan Shoping center di Yogjakarta atau Kwitang di Jakarta. Salah satu dari dua pasar buku di luar Bandung itu pernah saya kunjungi. Shoping, saya mendapatkan dua buku dari sana, awalnya hanya jalan-jalan ke Mailoboro tapi tergiur ke pasar buku. Balik lagi ke Bandung, Palasari tepatnya di Buah Batu, bila dari arah setiabudi turun di perempatan Pungkur lalu naik angkot jurusan Cicaheum yang lewat Binong, bisa turun di lengkong kecil lalu naik angkot ke Buah batu berwana biru tua. Ongkosnya hanya Rp 1000-2000. Sejak awal masuk sudah saya merasa tidak asing lagi dengan para penunggu kios yang benar-benar punya kios atau calo-calo yang menumpang dan menyapa, “ Mas cari buku apa?” biasanya saya heran kalau dipanggil Mas, saya khan bukan dari Jawa, kenapa tidak Kang atau A atau Jang atau apalah yang lebih dekat. Panggilan itu terus saja menyapa ramah dari ujung sampai ke ujung lagi. Yang biasanya rame letaknya di tengah-tengah. Deretan pasar buku di Palasari terdapat tiga deret, depan, tengah dan belakang. Untuk buku-buku yang sudah saya incar (data penulis, penerbitnya sudah lengkap) biasanya saya langsung kederetan belakang, tapi bila sekedar hunting saja saya tidak pernah melupakan sejengkal pun deretan kios di sana. Pengalaman hunting buku di Palasari memberikan pelajaran berarti bagi saya, pengalaman ini karena saya merasakan langsung dan selalu berulang, begitupun dengan kejadian pada pengunjung yang lain. Ceritanya begini, di deret tengah pasar buku Palasari, dia bersama seorang teman mencari buku berjudul A penulisnya B penerbitnya C, kebetulan saya ada disampingnya. Lalu si penjual melihat dan berkata “ oh buku ini, tunggu sebentar” dia beranjak sambil mengemas kunci, seolah-olah mau mencari di gudang yang ada di belakang. Otomatis bila sudah demikian si pembeli menunggu, ternyata saya lihat ke belakang, si penjual tersebut tidak ke gudang buku yang ia punya tapi menanyakan lagi pada kios lainnya di belakang. Nah, dari pengalaman itu saya lebih berhati-hati, karena biasanya harga jadi jauh lebih mahal lagian kenapa tidak langsung kita ke kios belakang. Selanjutnya, pengalaman ini ternyata menjadi pelajaran berarti bagi saya. Waktu itu saya dan seorang teman mencari sebuah Kamus X dari penerbit Y, waktu disapa oleh salah satu penjual buku masih di deretan tengah, “mas, cari buku apa?” teman saya menjawab. Ketika kamus yang dicarinya tidak ada, tiba-tiba dari arah samping sudah ada yang menawarkan lewat si akang yang bertanya tadi. Sambil berkata “oo kamus itu, ini nih”. Sambil menyodorkan kamus tersebut, aduh, saya jadi ga bisa bergerak harus terjadi tawar menawar. Akhirnya kepalang basah, terjadilah tawar menawar dengan harga yang aduhai, jauh sekali dari harga rata-rata. Ya wajarlah dia harus dapat untung. Yang menawarkan tiba-tiba adalah calo-calo jadi berhati-hatilah jika ada sapaan ramah “mas, cari buku apa?” bila sudah tidak, baiknya berkata “tidak usah merepotkan mas, biar saya cari sendiri” tentunya dengan cara-cara yang lebih santun lagi. ................................................................................... "Tuhanku Yang Maha Baik, saya percaya bahwa benih kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan! saya Bersyukur karenaMu Tuhan Yang Maha Bijaksana!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun