Mohon tunggu...
Iden Wildensyahâ„¢
Iden Wildensyahâ„¢ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Air, Sumber Kehidupan dan Bencana

22 April 2010   07:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:39 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_124255" align="alignright" width="300" caption="Air dan Kehidupan (ilustrasi dari www.myspace.com)"][/caption] Semua orang tahu kalau air itu adalah kebutuhan pokok yang selalu menemani setiap saat. Dalam satu hari rata-rata seseorang membutuhkan air bersih sedikitnya 27,7 liter. kira-kira 1,6 liter digunakan untuk air minum, kemudian 6,8 liter untuk membersihkan badan, dan sisanya untuk sanitasi dan mempersiapkan masakan sehari - hari.Dari total berat badan, 65 % tubuh manusia adalah air. sebagian besar air itu terdapat di darah dan di antara sel-sel tubuh, sedangkan sisanya penting untuk organ-organ tubuh. sementara itu, kandungan air dalam otak kita sekitar 90 %, jantung dan paru-paru 79 %, otot atau daging 76 %, liver 70 % bahkan gigi yang keras sekalipun sebenarnya 10 %-nya adalah air. Semakin bertambahnya penduduk serta laju pembangunan yang keras, memberikan fakta lain seputar kebutuhan akan air ini. fakta menarik seputar air minum dan penyehatan lingkungan diantaranya adalah kurangnya akses terhadap air minum, sanitasi dan rendahnya hygiene menyebabkan penduduk di negara berkembang, terutama anak-anak meninggal setiap tahunnya, lalu pada 10 tahun terakhir, penyakit diare membunuh anak - anak lebih banyak dibandingkan jumlah korban perang dunia II. Di negara Cina, India dan Indonesia jumlah penduduk yang meninggal akibat diare mencapai 2 kali jumlah penduduk yang meninggal akibat HIV/AIDS. lain lagi dengan korban perang di Afrika pada tahun 1998, sekitar 308 ribu penduduk yang meninggal akibat perang tetapi lebih dari 2 juta penduduk meninggal akibat penyakit diare. sementara itu studi di karachi menunjukan bahwa penduduk yang tinggal di suatu daerah tanpa sanitasi yang memadai dan tidak mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai hygiene memerlukan dana untuk pengobatan kesehatan sebanyak 6 kali dibandingkan tinggal di daerah yang memiliki fasilitas sanitasi.lalu kaum perempuan di Afrika dan Asia menempuh jarak 6 km dengan berjalan kaki untuk mengambil air dari sumber. mereka membawa air tersebut diatas kepala dengan berat rata - rata 20 kg Peran air tawar bagi manusia Air merupakan sumber kehidupan yang sangat mendasar, air memiliki banyak peran dalam  berfungsinya   tubuh kita dan juga tentunya semua mahluk yang ada di muka bumi ini karena itu 70 % tubuh kita terdiri dari air, kita dapat hidup 2-3 minggu tanpa makan tapi hanya 3 hari tanpa air. Kekurangan air biasanya juga menyebabkan sanitasi yang rendah karena kemampuan ekosistem dalam menguraikan kotoran sangat bergantung pada jumlah air yang cukup. Setiap tahun lebih  dari tiga juta orang di dunia meninggal karena penyakit terkait air Untuk produksi makanan 70 %  air digunakan untuk memproduksi makanan (pertanian) jumlah yang besar ini semakin tinggi lagi dengan berkembangnya revolusi hijau. Dalam bidang transportasi secara tradisional air telah menjadi sarana transportasi yang murah dan efektif. Penggunaan air yang berlebihan (baik air sungai langsung atau air tanah disekitar sungai) telah menurunkan muka air sungai, sehingga tidak layak menjadi transportasi lagi. Dalam bidang industri air digunakan dalam berbagai aspek kegiatan industri terutama industri tekstil begitupula dengan pembangkit tenaga listrik yaitu dengan pembuatan bendungan atau pemanfaatan energi gelombang laut. Terakhir air berperan dalam dunia rekreasi ini yang sering dibicarakan terutama dalam kegiatan alam terbuka seperti ORAD, kayaking dsb. Masalah Air Ekploitasi berlebihan air karena peningkatan populasi maupun penggunaan yang semakin konsumtif / boros. Sejak tahun 1950, secara global penggunaan air telah berlipat sebanyak tiga kali, dua kali lebih cepat dari peningkatan jumlah penduduk. Tinggi muka air tanah di semua benua saat ini telah mencapai titik terendah dalam sejarah. Berkurangnya sumberdaya air diperkirakan akan menjadi tantangan yang paling mendasar bagi keberlanjutan manusia pada abad 21. Pengerasan tanah, bangunan - bangunan beton, penggundulan hutan dan penggantian hutan alam menjadi hutan industri telah mengurangi pasokan air kedalam tanah ( menjadi air tanah) ini dikarenakan kemampuan menangkap air hutan industri yang homogen jauh lebih kecil daripada hutan alam (heterogen). Menurunnya kualitas air diantaranya diakibatkan oleh limbah manusia dan industri, limpasan air kota, pupuk kimia air buangan, logam berat dan pestisida meracuni laut kita dan mengkontaminasi sungai dan air tanah. Penyebaran ini sering mencapai jauh dari daerah asalnya karena bahan pencemar terbawa sungai, arus laut dan uap air di udara. Pembakaran bahan bakar fosil yang digunakan untuk menghasilkan energi telah menyebabkan hujan asam mengkontaminasi saluran – saluran air kita. Air dan Hari Bumi. Hari air dan hari bumi adalah dua moment yang saling melengkapi, lihat saja tema hari bumi tahun 2004 mengusung air dan bencana (Water And Disarter) Hari bumi tahun 2003 bertema, air dan kehidupan (Water And Live). Sementara tahun 2005 bertema, Save Enviroment For Children, selama dua tahun, masalah air menjadi tema pokok hari bumi yang biasa diperingati setiap tanggal 22 april. Hari air sedunia yang jatuh pada tanggal setiap tanggal 22 maret perhatian akan sumber daya air seolah bukan lagi satu isu lokal tapi sudah menjadi isu bersama seluruh negara. Dalam situs Earth Day dituliskan bahwa, Hari Bumi 22 April, akan menandai awal Kampanye The Green Generasi yang juga akan menjadi fokus dari 40 Peringatan Hari Bumi pada tahun 2010. Dengan negosiasi untuk kesepakatan iklim global yang baru datang pada bulan Desember, Earth Day 2009 harus menjadi hari aksi dan partisipasi sipil, untuk membela The Green Generasi prinsip-prinsip inti: (a) Bebas karbon di masa depan berdasarkan energi terbarukan yang akan mengakhiri ketergantungan bersama kami pada bahan bakar fosil, termasuk batubara. (b) Seseorang komitmen untuk bertanggung jawab, konsumsi yang berkelanjutan. (c) Penciptaan ekonomi hijau baru yang mengangkat orang keluar dari kemiskinan dengan menciptakan jutaan kualitas pekerjaan hijau dan mengubah sistem pendidikan global menjadi hijau. Bencana Kita lihat sekarang dengan bencana di tanah air ini,  bencana banjir dan longsor yang terus menerus menghantam berbagai daerah dalam dekade lima tahun terakhir seperti di Aceh, Lampung, Jakarta, Bandung, Cilacap, Purwokerto, Kebumen, Gorontalo  adalah sebuah hal yang patut menjadi perhatian semua pihak. Ambilah contohnya banjir akibat luapan Sungai Citarum yang menenggelamkan puluhan rumah di Bandung Selatan, lalu longsor di Ciwidey serta di Cianjur. Dr.Ing.Ir.Agus Maryono dalam bukunya Eko - Hidraulik Pengembangan Sungai, menuliskan sedikitnya ada 5 faktor penting penyebab banjir di indonesia yaitu faktor hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai ( DAS), faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan sarana - prasarana. Hujan bukanlah penyebab utama banjir dan tidak selamanya hujan lebat akan menimbulkan banjir dan sebaliknya terjadi atau tidaknya banjir justru sangat tergantung keempat faktor lainnya di atas. karena secara statistik hujan sekarang ini merupakan pengulangan belaka dari hujan yang telah terjadi jutaan tahun yang telah terjadi dimasa lalu. hujan sejak jutaan tahun yang lalu berinteraksi dengan faktor ekologi, geologi dan vulkanik mengukir permukaan bumi menghasilkan lembah, ngarai, danau, cekungan serta sungai dan bantarannya.permukaan bumi tersebut kemudian memperlihatkan secara jelas dimana lokasi - lokasi rawan banjir dari faktor hujan yang sangat sulit, bahkan mustahil karena hujan adalah faktor ekstrem yang digerakan oleh iklim makro / global. Usaha yang masih bisa dilakukan adalah menjauhkan pemukiman, industri dan pusat pertumbuhan lainnya di daerah banjir yang sudah secara historis dipetakan oleh hujan. untuk mengurangi kerugian banjir akibat hujan ini, bisa di kembangkan fungsi warning. dengan cara mengukur tinggi hujan diberbagai tempat dan dibuat kurva hubungan antara curah hujan ( tinggi hujan ) yang turun dengan tinggi muka air sungai yang akan terjadi. dengan ini masyarakat yang akan terkena banjir bisa mendapatkan informasi lebih dini. Water Culture Agus Maryono juga mengemukakan salah satu aspek yang penting selama ini belum digarap yaitu aspek water culture. Water culture diartikan sebagia kepahaman masyarakat sosial tentang masalah pemanfaatan air dan konservasi air yang ada disekitar mereka. disamping itu juga kepahaman masyarakat terhadap air dan seluruh sumber dan tata air serta perilaku mereka terhadap sumber dan tata air tersebut. lebih jauh lagi yaitu kepahaman masyarakat tentang keterkaitan antara air dengan ekologi termasuk masalah sosial dan ekonomi.membudayakan kultur air ini tentunya tidak semudah membalikan tangan, salah satu proses yang harus terus menerus di kembangkan adalah dimulai dengan pendidikan formal maupun non formal tentang pentingnya air, kegunaan air, pengelolaan air. Tanpa ada upaya membudayakan kesadaran seluruh masyarakat bahwa air merupakan hal yang sangat penting dan perlu dilindungi dan dijaga dengan metode-metode yang dikuasai masyarakat, maka tidak akan ada satu instansi maupun pemerintah sekuat tenaga apapun yang mampu menyelamatkan air dan seluruh komponen lingkungan terkait, termasuk manusia. Terakhir, dua sisi air yang sangat bertolak belakang, dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan dan dihindari ketika bencana besar datang adalah salah satu fenomena yang tampak jelas terdapatnya hubungan yang kuat antara air dan kehidupan. walaupun demikian infrastruktur untuk air semacam hutan, daerah resapan dan daerah lepasan menjadi satu kewajiban untuk dijaga agar kehidupan masih bisa mengalir dengan seimbang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun