Mohon tunggu...
Iden Wildensyah™
Iden Wildensyah™ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Semut dan Pestisida

19 Februari 2012   03:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:28 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_172031" align="alignright" width="300" caption="Semut (images http://www.christianhumanist.org)"][/caption] Pagi di hari minggu adalah waktu berkebun. Melihat pucuk baru yang muncul di sela-sela dahan rasanya sangat menyenangkan. Melihat kucup bunga yang hendak mekar serta memetik daun kering yang masih tertinggal adalah kesenangan yang tidak tergantikan. Rasanya tenggelam dalam keheningan tetapi mendapatkan banyak makna dari tanaman yang dikunjungi. Sesekali mengajak bicara, bicara sendiri seperti orang aneh. Tetapi lebih dari itu, bicara dari hati dengan semua ciptaan Tuhan. Saya membayangkan kesenangan ini yang muncul dari hati petani-petani di desa. Karena kesenangannya mereka, hadirlah buah yang manis, padi yang menguning, bunga yang mekar, dan makanan yang segar untuk keluarganya. Pagi selalu menyenangkan, sama seperti menyenangkannya bermain sepakbola, menulis, bermain, belajar, dan kegiatan lainnya. Kesenangan itu sempat terusik oleh ribuan semut, tetapi semut itu bergembira dalam daun sawo yang hijau. Buah sawo yang cokelat itu kemudian dikerubunginya. Satu persatu saling menyapa, membawa sesuatu yang tidak saya ketahui. Mungkin mereka menanyakan kabar, mungkin juga berbagi informasi tentang makanan yang ada di tempat lain. Sesuatu yang putih menjadi magnet semut untuk datang. Inilah kutu buah yang mengambil sari makanan dari pucuk atau batang buah segar. Pucuk daun atau batang buah adalah kesenangan mereka yang tidak pernah mereka lewatkan. Si kutu ini selalu berada di daerah yang segar-segar. Si kutu ini menjadi bagian yang sangat penting bagi semut. Semut mendapatkan sari buah manis dari hasil pencernaan si kutu putih ini. Ah.. sayangnya di kutu ini menghancurkan buah dan pucuk tanaman sawo. Secara manual saya pernah mencoba menghilangkan si kutu ini. Tidak berhasil karena selalu saja ada kutu-kutu baru di batang buah dan pucuk itu. Niat jailpun hadir, saya menganggap boleh juga menggunakan pestisida untuk mengusir sebentar kutu buah dan semut ini. Saya juga ingin merasakan sawo itu, kawan! begitulah kira-kira ungkapan saya pada kutu buah dan semut. Diambil penyemprot kemudian mencari pestisida. Usaha pertama tidak berhasil karena tidak menemukan pestisida. Saya tanyakan pada ibu, dan taraaaa.. saya dapatkan pestisida itu. Jenis saya tidak tahu, yang pasti baunya sangat pestisida banget. Penyemprot dimasukkan air, kemudian pestisida. Setelah tercampur, saya pompa penyemprot itu agar bisa keluar dengan baik. Ujung semprotan diatur sedemikian rupa. Semprotan pertama berhasil, dan lihatlah hasilnya. Semua semut dan kutu buah yang tadi mengerumuni sawo, mati seketika itu juga. Bau pestisida kemudian menyeruak. Saya simpan semprotan itu untuk melihat reaksinya. Ya ampuunn.. saya merasa berdosa ketika saya melihat semua semut dan kutu buah itu mati. Ada rasa penyesalan yang mendalam saat saya melihat ribuan semut dan kutu buah terkapar. Seketika saya merasa berdosa karena mematikan mereka. Tiba-tiba, dari dalam tanah dua ekor cacing muncul dengan gerakan yang tidak beraturan, saya merasa dia sudah terkena efek pestisida, saya langsung mengambilnya kemudian dicarikan tanah yang tidak terkena pestisida. Hmmm baru kali ini saya merasa sangat bersalah. Saya merasakan suanana yang hening sekali saat melihat ribuan semut terkapar di dedaunan. Saya pun meminta maaf pada Tuhan atas perbuatan saya, saya berharap Tuhan memaafkan saya. Buat teman-teman yang suka berkebun, pikirkan dalam-dalam sebelum menggunakan pestisida.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun