[caption id="attachment_77066" align="alignleft" width="300" caption="Save Our Earth (pendekartidar.org)"][/caption] Masalah – masalah lingkungan hidup seringkali tidak mendapat prioritas yang tinggi dan seringkali menjadi sub agenda, dengan demikian akhirnya larut dan tenggelam dalam tema kampanye yang lebih luas dan abstrak.
Pengalaman sejarah selama hampir 32 tahun negara kita dalam pemerintahan orde baru seringkali melupakan persoalan krusial yang mencakup permasalahan lingkungan yang timbul sebagai akibat laju pertumbuhan ekonomi negara kita. Peranan actor – aktor yang bergerak dalam memerangi dampak lingkungan yang negatif, peranan pers dalam meliput kasus – kasus terkait peranan dunia kampus dimana banyak aktivis lingkungan berada serta andil kebijakan pemerintah yang melecut permasalahan lingkungan dan mempengaruhi ruang gerak bagi para aktivis lingkungan.
Enviromentalisme suatu faham yang menempatkan lingkungan sebagai pola dan arah gerakannya bagi sebagian pihak mungkin asing, karena dianggap sebagai gerakan yang membahayakan orde baru terutama dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan eksploitasi hutan.Bahkan organisasi non pemerintahan (ornop) yang concern pada lingkungan diarahkan langsung oleh meneg lingkungan hidup pada waktu itu untuk tidak mengikuti taktik dan gerakan green peace atau pun the german green yang bisa masuk mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang tidak memperhatikan dampak lingkungan.
Sedangkan gerakan lingkungan menurut literature sosiologi, istilah “gerakan lingkungan hidup“ digunakan dalam tiga pengertian yaitu sebagai berikut :
- Pertama, sebagai penggambaran perkembangan tingkah laku kolektif ( collective behaviour ) tertentu.
- Kedua, sebagai jaringan konflik – konflik dan interaksi politis seputar isu – isu lingkungan hidup dan isu – isu lain yang terkait.
- Ketiga, sebagai perwujudan dari peubahan opini public dan nilai – nilai yang menyangkut lingkungan.
Di Indonesia istilah gerakan lingkungan hidup dipakai dalam symposium 15 tahun gerakan lingkungan hidup Indonesia, menuju pembangunan berwawasan lingkungan yang diselenggarakan oleh kantor menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup di Jakarta pada 5 juni 1972.
Paparan yang panjang lebar dan praktis dari George Junus Aditjondro dalam bukunya ini merupakan salah satu dari trilogi yang ditulisnya tentang semua permasalahan lingkungan hidup di Indonesia, tentang dampak destruktif akibat alih teknologi tidak sadar lingkungan ini patut dijadikan sebagai pegangan bagi para aktivis lingkungan hidup maupun para pencinta alam. Di dalamnya pula dipaparkan juga masalah – masalah dalam pola gerakan lingkungan, tentang arah pendidikan lingkungan serta bagaimana kepedulian dunia kampus terhadap masalah lingkungan.
Di bagian I dipaparkan berbagai hal alih teknologi yang tak sadar lingkungan yang membahas beberapa data dan fakta teknologi yang masuk Indonesia tetapi masih jauh dari harapan sesuai dengan budaya lokal, ambilah salah satu contohnya traktor, teknologi yang mengganti alat tradisional dalam mengolah pertanian ternyata pada kenyataannya tidak semuanya petani dapat menerima teknologi traktor ini dengan alas an, selain budaya sosial masyarakat yang semakin menipis juga pencemaran akibat kebisingan suara serta olie dan bahan baker dari traktor yang mengotori lahan pertanian mereka.
Di bagian II george Junus Aditjondro memaparkan bagaimana pola – pola gerakan lingkungan yang ada dengan beberapa studi kasus di luar dan dalam negeri dalam tataran teoritis dan praktis bagi para aktivis lingkungan hidup.
Di bagian III menjelaskan arah pendidikan lingkungan yang dibagi dalam dua bahasan yang pertama tentang etika lingkungan dari persfektif aktivis lingkungan Kristen lalu menuju suatu strategi pendidikan lingkungan hidup yang radikal.
Di bagian akhir buku ini penulis mencoba membukakan semua fakta yang terjadi dengan dunia kampus, tentang fenomena yang terjadi dengan KOPMA ( Koperasi Mahasiswa ) “ Kesuma “ Undip yang menerima pelimpahan saham PT KLI. Selain itu pengalaman G.J Aditjondro tentang lingkungan dari konferensi INGI. Hakekat gerakan lingkungan seperti yang dituliskan dalam buku ini menurut Buttel dan Larson, gerakan lingkungan punya beberapa manfaat, pertama struktur gerakan lingkungan di setiap negara yakni hubungan di antara tiga komponen itu bisa berbeda – beda dan ini membawa variasi yang cukup berarti diantara paham lingkungan (environmentalisme) negara – negara itu. Kedua, taktik dan ideologi gerakan lingkungan terorganisir di suatu negara dapat di lihat sebagai hasil interaksi di antara komponen – komponen kelas negara itu si satu pihak, dan kelompok – kelompok kepentingan (interces groups) di pihak lain.
Buku pola –pola gerakan lingkungan ini menarik untuk dikaji dengan berbagai realitas yang terjadi di Indonesia. Dalam konteks gerakan lingkungan ini kita bisa melihat serta ber paya melakukan kontribusi yang bisa kita berikan untuk lingkungan hidup yang terjaga dan lestari.
Sebuah Resensi buku
Judul buku : Pola – Pola Gerakan Lingkungan
Penulis : George Junus Aditjondro
Penyunting : Mathori A. Elwa, Eric Sabti Rahmawati. Euis Laelasari.
Penerbit : pustaka pelajar
Cetakan I : Februari 2003
Tebal Buku : xv + 288 halaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H