Mohon tunggu...
Iden Wildensyahâ„¢
Iden Wildensyahâ„¢ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Babancong dan Alun-alun Garut

27 April 2010   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33 1667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_127115" align="alignright" width="300" caption="Babancong Garut (dok.pribadi)"][/caption] Babancong dan Alun-alun Garut satu sisi cerita saja Kalau ke Garut, jangan lupakan Alun-alun. Puseur Kota atau Pusat Kota yang selalu memberikan banyak kenangan. Di alun-alun ini, kita akan disuguhi pola alun-alun yang sama dibeberapa Kota di Indonesia. Pola seperti, Beringin, Penjara, Pendopo dan Masjid Agung. Pola ini hampir sama jika melihat Alun-alun dibeberapa Kota, di Ciamis, di Tasikmalaya bahkan di Jogjakarta juga sama. Di Garut, berbeda. Perbedaan itu terletak pada sebuah 'Babancong' saya tidak tahu nama dalam bahasa Indonesia, apakah itu serupa Gazeboo atau bukan. Yang pasti, babancong itu sangat dibanggakan oleh masyarakat Garut. Dalam literatur yang saya temukan, Babancong adalah bangunan yang mirip pesanggrahan yang berbentuk panggung. Jaman dulu babancong berfungsi sebagai tempat para pembesar menyaksikan keramaian di alun-alun, atau tempat berpidato. Babancong memiliki kolong yang tingginya kira¬kira 2 meter. Sampai sekarang pun, babancong masih digunakan untuk tempat duduk para pejabat, jika di alun-alun diselenggarakan berbagai upacara (sumber disini). Babancong merupakan bangunan kecil menyerupai panggung seluas sekitar 15 meter persegi yang ditinggikan 2 meter. Dari bangunan ini, bupati dan para pejabat pemerintahan dapat menyaksikan keramaian perayaan yang diadakan di alun-alun. Panggung itu juga biasa dipakai pejabat untuk berpidato atau menyampaikan pengumuman. Dalam tata kota tradisional di Tatar Sunda, babancong merupakan bagian dari alun-alun dan terletak di sebelah selatan alun-alun. Bangunan ini biasanya berdiri di depan pendapa kabupaten, yang merupakan kantor dinas bupati. Tangga dan pintu masuk babancong ada di bagian belakang. Tangga itu tampak dari halaman depan pendapa, tetapi tidak terlihat dari alun-alun. (Sumber disini) [caption id="attachment_127110" align="alignleft" width="300" caption="Soekarno Di Babancong Garut (sumber www.garutkab.go.id)"][/caption] Di Babancong inilah Presiden Pertama RI, Soekarno menyebut Garut sebagai kota intan. Kota yang berkilau, karena bersih dan tertata dengan baik. Tapi itu dulu, sekarang mah biasa saja. Lewat sedikit saja dari Alun-alun ke arah Pengkolan (tempat nongkrongnya anak muda gaul Garut) pedagang kaki lima sudah berebut ruang dengan trotoar. Ke Alun-alun Garut tanpa menengok Babancong seperti sayur tanpa garam. Walaupun hanya selewat saja, tetapi melihat secara langsung ternyata asik juga. Dan saya baru tahu kalau Babacong itu dibawahnya bolong-bolong seperti terowongan kecil. Saya tidak tahu fungsinya untuk apa? Tetapi memasuki kedalam membuat saya bisa menulis catatan ini. Di depan Babancong ada Alun-alun, biasanya Babancong menjadi tempat pembina upacara pada hari-hari besar RI, HUT RI misalnya, para Paskibra mengibarkan bendera didepan Babancong dan Pembina Upara berdiri di Babancong tersebut. Alun-alun menjadi tempat peserta berbaris, itu kalau upacara. Nah kalau hari biasa, alun-alun menjadi tempat bermain saja. Ada banyak anak-anak yang bermain disana. Ada kereta api, ada mobil-mobilan dan ada juga yang bermain sepakbola. Sebelah kanan Babancong ada penjara, penjara ini tempat terpidana yang terkena kasus berat di Kab Garut, untuk yang pidana kasus kecil biasanya cukup di Polsek setempat saja. Untuk penjara ini, saya tidak bisa masuk sembarangan, karena harus ijin dari banyak pihak. Lagian saya tidak berpikir mengetahui jauh tentang penjara di kanan Babancong ini. Jika dikanan ada penjara, di sebelah kiri ada Masjid Agung Garut. Arstitekturnya berbeda dengan masjid agung yang ada dibeberapa tempat di Indonesia, tetapi fungsinya tetap sama yaitu sebagai tempat beribadah umat islam. Masjid Agung ini terlihat mencolok dibanding bangunan lainnya, untuk masjid agung, saya berhasil memasukinya, selain karena harus melaksanakan Sholat juga keinginan untuk melihat sisi dalamnya Masjid Agung ini. Saya masuk bersama anak saya yang masih kecil (2,2 Tahun). Dia antusias berada didalam masjid, lari-lari kesana kemari, sementara saya sholat. Kadang dia ikutan sujud, kadang lari. Saya biarkan saja toh ada ibunya yang mengawasi. Masjid ini sangat nyaman, didalamnya sangat sejuk tanpa AC. Suasananya hening dan tata ruangnya membuat saya merasa kecil sebagai mahluk Tuhan. Saya berhasil masuk dan memotret sebagian sisinya. Yah, itulah cerita Garut satu sisi saja, masih banyak sisi lain yang bisa dituliskan. Sementara, saya menuliskan itu saja. 'Sedikit ide yang tertuang dalam tulisan, lebih berarti dari sekian banyak ide yang terlewatkan saja' Inilah dokumentasi lainya seputar Babancong [caption id="attachment_127116" align="aligncenter" width="300" caption="Babancong Dari Arah Alun-alun (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_127117" align="aligncenter" width="300" caption="Babancong dari Arah Pendopo Garut (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_127620" align="aligncenter" width="300" caption="Dua Beringin (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_127628" align="aligncenter" width="300" caption="Berpose di Depan Babancong (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_127622" align="aligncenter" width="300" caption="Bermain di Alun-Alun Garut (dok.pribadi)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun