Mohon tunggu...
Iden Wildensyahâ„¢
Iden Wildensyahâ„¢ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bandung Lautan Api di Selasar Sunaryo

24 Maret 2010   12:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:13 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_101511" align="alignright" width="300" caption="Diskusi Bandung Lautan Api di Selasar Sunaryo Bandung (dok.pribadi_"][/caption] Siang tadi dari jam 14.00 WIB sampai 17.00 WIB, saya mengikuti diskusi dan pemutaran film di Selasar Sunaryo. Pada mulanya dari undangan lewat komentar salahseorang kompasianer Bandung yaitu Agung Ismail. Pemutaran film dokumenter Bandung Lautan Api ini diselenggarakan oleh Komunitas Sahabat Kota yang bekerjasama dengan Bandung Heritage, Bandung Heritage yang saya kenal adalah lembaga yang konsen dalam pelestarian gedung-gedung bernilai sejarah. Pernah beberapa kali saya terlibat diskusi dengan mereka, di BIP ataupun di forum-forum lainnya. Setelah pemutaran film selesai, acara selanjutnya adalah diskusi langsung dengan tokoh sejarah. Tokoh sejarah, yah... ini adalah tokoh sejarah Bandung Lautan Api. Namanya Ibu Tuti dan Ibu Saartje, mantan pejuang (Laskar Wanita Indonesia). Dari kedua tokoh ini saya mengetahui bagaimana suasana mencekam pada waktu itu. Bagaimana sebuah keberanian para laskar wanita dalam berjuang dibarisan terdepan menjaga Kota Bandung secara khusus dan Indonesia secara luas. Laskar Wanita ini menjadi semacam semangat bagi para laskar lelaki. Kata Tubagus Adhi, keberadaan Laskar Wanita ini benar-benar menjadikan pihak musuh ketakutan, mereka berkata "perempuannya aja berani gini, bagaimana lelakinya?". Bisa jadi pada waktu itu gerakan feminis belum berlangsung di Eropa, sehingga melihat perempuan berani berperang itu keanehan tersendiri. Perempuan biasanya di barisan belakang sebagai tenaga medis atau losgistik, tetapi di Indonesia (di Bandung khususnya) perempuan malah menjadi bagian dari laskar-laskar yang melawan mereka. Disamping diskusi tentang Bandung Lautan Api, ada juga Pak Sunaryo. Pak Sunaryo adalah tuan rumah, tetapi tidak sekadar itu, beliau adalah pembuat stilasi Bandung Lautan Api dan Monumen Tegalega. Dia bercerita tentang filosofis dari stilasi yang ada di Kota Bandung. Dari beliau, saya mengetahui tentang seluk beluk stilasi walaupun sebelumnya sudah ada penjelasan dari panitia yaitu Komunitas Sahabat Kota (KSK). Sampai sore hari, Dago Pakar Timur hujan deras, peserta yang terdiri dari anak-anak muda dan SMP di Kota Bandung merapatkan diri dalam gazebo di Selasar Sunaryo itu, suasana tambah hangat ditengah suhu yang dingin ketika pembacaan surat dari siswa SMP yang ditujukan sesuai keinginannya. Ada yang ditujukan untuk Ibu Tuti dan Ibu Saartje, ada juga yang untuk Pak Sunaryo dan juga Tubagus Adhi. Inilah sebagian dokumentasi diskusi Bandung Lautan Api yang hangat [caption id="attachment_101516" align="aligncenter" width="300" caption="Pemateri (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_101517" align="aligncenter" width="300" caption="Antusias menyaksikan Film (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_101518" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Sunaryo menyalami siswa SMP seusai acara (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_101519" align="aligncenter" width="300" caption="Merapat karena hujan (dok.pribadi)"][/caption] Terima kasih kepada Agung Ismail dan Kang Ramdhan. Diskusi ini juga menjadi ajang kumpul sebagian kompasianer Bandung. Nantikan tulisan selanjutnya ya :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun