[caption id="attachment_75512" align="alignleft" width="211" caption="Curug Neglasari (dok.pribadi)"][/caption] Pernah mendengar lirik lagu Sheila On 7 yang berjudul Yang Terlewatkan? ini bukan tentang lirik itu, catatan ini tentang sebuah Curug Neglasari yang sering terlewatkan. Dikagumi dari jauh tetapi untuk menjangkaunya.. duh rasanya jarang orang ataupun para wisatawan yang mampir sejenak menengok dari dekat Curug Neglasari ini. Curug ini terletak di tengah perjalanan antara Garut Kota ke arah selatan menuju Pameungpeuk. Panorama keindahan Curug Neglasari ini terletak pada lokasi, perkebunan teh serta udara yang sejuk. Dari arah Garut kurang lebih menghabiskan waktu 3 jam, ketika memasuki daerah Neglasari setelah Gunung Gelap. Gunung Gelap sendiri adalah hutan yang masih alami walaupun sudah ada banyak daerah-daerah pemukiman tetapi sangat lebat pepohonannya. Dalam cerita orang sekitar, Gunung Gelap dinamai seperti nama peristiwa alam yang terjadi, gelap dalam bahasa sudan berarti kilat atau petir. Gunung Gelap sewaktu pembuatan jalan terjadi petir yang dahsyat sampai bisa melemparkan pekerja ke atas pohon. Di luar benar atau salah, saya terima saja kisah itu. Balik lagi ke Curug Neglasari, curug ini tidak pernah menyusut airnya. Sekalipun kemarau tetap saja ada air yang mengalir di curug tersebut. Yang membedakannya hanya volume air. Sangat kontras jika sedang musim hujan dan musim kemarau. Saya mengunjungi Curug Neglasari ini ketika hujan, dari kejauhan saja airnya sangat besar. Yang terlewatkan, demikianlah saya menyebutnya hanya karena sering dikagumi tetapi jarang dikunjungi. Dikagumi oleh para pengendara yang lewat Neglasari menuju Pameungpeuk atau dari arah sebaliknya menuju Garut. [caption id="attachment_75515" align="aligncenter" width="300" caption="Curug Neglasari (dok.pribadi)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H