Mohon tunggu...
Wildatul Muawanah
Wildatul Muawanah Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis

Indahnya berbagi perspektif melalui beragam cara, selain menyampaikan kita juga perlu berani menyuarakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswi, Bisa Apa?

17 Desember 2023   19:00 Diperbarui: 17 Desember 2023   19:04 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat berbicara perempuan, seperti kita sedang ingin menghadiahi sosok hebat yang ada di sekeliling kita. Bagaimana tidak? Perempuan merupakan mahakarya Tuhan yang elok dan anggun. Tidak semua kecantikan memancarkan auranya, tapi sudah dipastikan perempuan yang berkarakter dan berjiwa besar adalah mereka yang terlihat anggun dari segala arah yang melihatnya.

Lalu bagaimana jika perempuan disandingkan dengan dunia kampus?

Begitu banyak forum, organisasi yang secara khusus beranggotakan perempuan. Meski itu tidak hanya di kampus, bahkan hampir semua lini baik di kancah politik atau pun lingkungan sekitar. Seperti perempuan perlu "dibedakan secara khusus" untuk melangsungkan kegiatannya tanpa ada campur tangan laki-laki. Lalu kenapa hal itu bisa terjadi?

Perempuan begitu istimewa, hingga dalam kitab suci al-Qur’an kita (perempuan) memiliki  satu Surah khusus yang membahas tentang perempuan yaitu surah An Nisaa'. Sehingga dari sini kita dapat melihat bahwa adanya organisasi keperempuanan secara khusus menjadi wadah pemberdayaan perempuan. Agar terjadi keseimbangan dalam menyelaraskan bakat dan minat para perempuan khususnya baik itu secara akademik maupun  non akademik.

Kiprah perempuan di dunia kampus juga sangat diperlukan, untuk meningkatkan value seorang perempuan dalam mengembangkan potensinya. Meskipun menjadi mahasiswa adalah kesempatan besar untuk mencari jati diri, namun juga tidak sedikit dari mereka yang sedang dikejar ekspektasi orang tua. Melelahkan bukan?

Ruang gerak perempuan memang sering berbeda dengan laki-laki, mereka bahkan memiliki jatah waktu khusus untuk pulang malam bagi anak kos-kosan. Tidak boleh melebihi jam 9 malam, tidak boleh keluar sendirian dan beragam lainnya. Namun, di luar itu perempuan selalu mendominasi gambar baliho yang menggambarkan "sang juara" di kampus. 

Siapa yang tidak ingin, wajahnya terpampang jelas bak semua isi kampus sedang mengapresiasi pencapaiannya. Namun, meski begitu perempuan sebagai manusia perasa bukan tidak mungkin memiliki dorongan untuk melakukan hal yang sama, baik untuk menyamai pencapaian temannya, atau merasa bersaing antar sesamanya. Meski di satu sisi kompetisi juga dianggap menghancurkan kreavitas karena penilaian tertuju antara yang menang atau kalah. Ada yang sedang saling intip, dan berburu pencapaian seakan semua perlu diperlombakan.

Untuk itu, perempuan perlu mahir dalam mengendalikan emosi dan perasaannya. Selain memang salah satu trigger perempuan adalah perasaannya sendiri, perempuan seringkali dipertemukan dengan kebutuhan support system yang apabila ia menemukannya, maka dalam hal ini akan menumbuhkan semangat yang semakin kuat atau justru terpecahnya fokus yang kalah dengan perasaannya. Seperti memiliki cara untuk merayakan kesedihan, perempuan perlu bijaksana dalam menentukan prioritas antara cita-cita atau cintanya.

Selain itu, perempuan perlu berkarakter. Sudah selayaknya perempuan memiliki prinsip untuk menentukan arah tujuan hidupnya. Sebaik-baiknya perempuan adalah yang berakhlak dan berbudi pekerti. Di samping itu juga perempuan mesti berdaya, produktif dimanapun berada supaya bisa berdiri di kaki sendiri untuk suatu hari nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun