Mohon tunggu...
Wilda RahmaDaniati
Wilda RahmaDaniati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Untuk memenuhi tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Framing Politik Dalam Pemberitaan Media Online

18 Mei 2022   11:42 Diperbarui: 18 Mei 2022   12:26 2648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media massa merupakan sarana yang digunakan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada khalayak luas. Salah satu jenis media massa yang memiliki banyak kelebihan, yaitu media online. Media online hadir karena adanya new media sebagai bentuk perkembangan dari teknologi komunikasi. Sama dengan dengan jenis media massa yang lain, media online juga mengangkat informasi aktual tentang pendidikan, hiburan, gaya hidup,  permasalahan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Namun, dalam menampilkan informasi media online lebih mudah diakses bisa kapan saja dan dimana saja oleh pembaca.

Mengingat bahwa media massa bukan saluran yang bebas dan independen, maka setiap media memiliki gaya penulisan berita dan kebijakan redaksi yang berbeda-beda karena adanya berbagai kepentingan dalam setiap media, seperti kepentingan kapitalisme pemilik modal, kepentingan ekonomi, politik, dll (Althauser dan Gramsci). Hal tersebut masuk ke dalam konsep framing. Secara harfiyah, framing memiliki arti pembingkaian berasal dari kata frame berarti bingkai. Framing merupakan sebuah cara bagaimana menyajikan peristiwa dengan menekankan, menonjolkan, dan membesarkan aspek tertentu dari suatu realitas agar khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut (Suprobo dkk, 2016).

Dilansir dari puspesnos.kemensos.go.id, framing memiliki tujuan untuk membingkai suatu informasi agar menciptakan citra, kesan, dan makna tertentu yang diinginkan media, atau wacana yang nantinya akan ditangkap oleh khalayak. Framing bukan berita bohong tetapi mencoba membelokkan fakta secara harus melalui penyeleksian informasi, menonjolkan aspek tertentu, pemilihan kata atau gambar, hingga membuang informasi yang seharusnya disampaikan.

Edit by https://www.canva.com                
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Edit by https://www.canva.com googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Adapun contoh kasus framing berita aktual adalah mengenai anggaran Pemilu 2024 pada media online Okezone.com dan Liputan6.com. Dapat disimpulkan dalam media online Okezone.com terlihat hanya memfokuskan jika DPR menyetujui anggaran Pemilu 2024 sebesar Rp 76 triliun dengan headline "Usulan Anggaran Pemilu 2024 Akhirnya Diterima DPR-Pemerintah, Totalnya Rp76 Triliun". Opini atau sudut pandang dalam isi berita hanya dari satu sumber, yaitu pernyataan dari salah satu Anggota Komisi II DPR, Muhammad Rifqizamy Karyasuda. Jika kesimpulan dalam media online Liputan6.com lebih memfokuskan penyebab anggaran Pemilu 2024 tergolong tinggi daripada yang sebelumnya dengan headline "DPR Ungkap Penyebab Anggaran Pemilu 2024 Tergolong Tinggi".Opini atau sudut pandang dalam isi berita ada dua pernyataan, yaitu dari Ketua Komisi II DPR RI, Ahmad Doli Kurnia dan salah satu politisi Golkar. 

Jika ditinjau dari teori ekonomi politik media Okezone.com merupakan media yang pro terhadap pemerintah. Dilihat dari kepemilikannya Hary Tanosoedibjo, beliau memiliki rekam jejak  di  bidang  politik seperti bergabung di Nasdem, Hanura, dan pendiri partai politik Perindo. Sehingga pemberitaan pada media Okezone.com cenderung memihak kebijakan pemerintah. Sedangkan, Liputan6.com jika ditinjau dari teori ekonomi politik media terlihat netral dengan pemerintahan dan Liputan6.com juga tidak bekerja untuk kepentingan politik manapun, maka jurnalis Liputan6.com ada kebijakan tidak boleh terlibat kedalam politik praktis.

Pemberitaan mengenai anggaran Pemilu 2024 pada media online Okezone.com dan Liputan6.com memiliki dampak memunculkan opini publik atau menggiring persepsi publik mengenai apakah anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan Pemilu 2024 tergolong cukup, rendah atau terlalu tinggi. Namun, framing pemberitaan Liputan6.com lebih objektif dengan mengangkat realitas sosial yang ada dibandingkan Okezone.com.

Selain dari yang di contoh, ada juga beberapa dampak lain baik positif ataupun negatif dari framing politik dalam pemberitaan di media online. Seperti, bisa sebagai wadah untuk mendapatkan dukungan publik tetapi bisa juga sebaliknya justru terlihat buruk di mata publik, dan bisa sebagai wadah untuk menciptakan citra baik bagi politisi yang memiliki keterikatan dengan media. Jadi, dampak yang bisa muncul itu tergantung framing oleh media yang memuat berita tersebut.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa jelas setiap media memiliki penulisan berita yang berbeda-beda walaupun perisitwanya sama, harus disesuaikan dengan kebijakan redaksi masing-masing karena ada beberapa kepentingan. Dari contoh kasus terlihat jika dalam pengemasan informasi mengenai anggaran Pemilu 2024 akan berdampak  memunculkan opini dan menggiring persepsi publik yang berbeda terhadap anggaran yang dikeluarkan dalam Pemilu 2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun