Mohon tunggu...
Wildan ZamzamZazuly
Wildan ZamzamZazuly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Pengusaha / Juara Kaligrafi tingkat Kota Tangerang / Konten Sepakbola

Saya memiliki hobi bermain sepak bola. Suka olahraga dan suka bersosialisasi. Konten sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dampak Perang Rusia-Ukraina terhadap Ekonomi Global

25 Oktober 2022   08:45 Diperbarui: 25 Oktober 2022   09:47 2080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik antara Rusia dan Ukraina masih terjadi hingga sekarang, dampaknya bisa berubah sampai kondisi sudah mengkhawatirkan perang dari sisi ancaman krisis, hal ini bisa berperan sebagai dinamika perang antara Rusia dan Ukraina dari sektor perekonomian global. Lantas, dampak apa saja yang akan terjadi akibat perekonomian masih kian melonjak atau masih tetap harga sesuai bidang stabilitas ekonomi global?

Neraca Perdagangan Global
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, Dr. Margo Yuwono, M.Si. menyampaikan bahwa dampak perang Rusia – Ukraina telah merugikan negara kita yaitu negara Indonesia dari sisi ekonomi perdagangan. Hal ini tercermin dari sisi perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina yang mencatatkan defisit hingga periode April 2022, yang pada periode tahun lalu masih membukukan neraca perdagangan positif. Margo menjelaskan, Indonesia pada Januari 2022 masih mencatatkan surplus perdagangan US$11,5 miliar dari Rusia. Defisit perdagangan mulai tercatat pada Februari 2022 saat perang masih terjadi eskalasi dan terus meningkat hingga mencapai US$186,8 Miliar. Pada April 2022, defisit tersebut berkurang menjadi US$34 Juta.

Ancaman Komoditas dan Pangan Global
Peningkatan harga komoditas akibat kedua negara ini akan memberikan dampak sisi perang bagi ekonomi global, tentunya pertumbuhan ekonomi global akan tertahan dengan proses hubungan perdagangan komoditas secara terjadi, khususnya kenaikan harga komoditas yaitu Minyak Bumi, Gas, dan hasil olahan industri pertambangan lainnya. Minyak mentah Brent North Sea, patokan internasional, berdiri di sekitar 90 dollar AS pada Februari. Pada 7 Maret, melonjak ke US$139,13 dollar AS mendekati level tertinggi 14 tahun dan harga tetap sangat fluktuatif. Harga yang naik mendorong pemerintah negara-negara di dunia mengambil langkah-langkah meringankan kesulitan keuangan bagi konsumen serta mengupayakan kinerja ekonomi global sebagai pembatasan ekspor komoditas yang ada di Rusia-Ukraina. Sekjen PBB Antonio Guterres telah memperingatkan bahwa konflik tersebut masih terjadi di luar Ukraina, hingga menyebabkan dampak badai kelaparan dan kehancuran sistem komoditas pangan global. Rusia dan Ukraina adalah lumbung pangan dunia, menyumbang 30 persen dari ekspor gandum global. Harga komoditas seperti minyak goreng dan beberapa komoditas lainnya telah meningkat.

Ancaman Investor Saham Global
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) ditutup menguat seiring akibatnya dampak perang memanasnya konflik Rusia – Ukraina. IHSG ditutup naik 4,6 poin atau 0,07% ke level 7.040,798. Sedangkan, LQ45 ditutup naik 2,44 poin atau 0,24% ke level 1.011,475. Indeks tersebut akan terus berpantau apakah rencana deklarasi Rusia masih berlangsung atau tidak tergantung pasar saham masih melemah atau melonjak suku saham. Maximilianus berpendapat kinerja tersebut masih mencerminkan dampak wabah ekonomi global yang berkepanjangan dari perang kedua negara sehingga masih mempengaruhi aktivitas ekonomi Tiongkok. Selain itu, ancaman lainnya meliputi bursa saham Moskwa ditutup selama tiga minggu dan hanya dibuka kembali sebagian. Hal ini, pasar saham tersebut membayar suku bunga atas dua obligasi berdenominasi dolar pekan lalu, hingga memberi pemerintah ruang bernapas sampai pembayaran utang berikutnya dalam beberapa minggu mendatang.

Ancaman Pertumbuhan Ekonomi Melambat
Perang ini mengancam yang terus menghambat pemulihan ekonomi global dari pandemi COVID-19. Menurut OECD, perang tersebut mengingatkan bahwa konflik dapat menimbulkan masalah pukulan 1% pada pertumbuhan ekonomi global.
Berdasarkan Kajian Tengah Tahun Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), perang Rusia vs Ukraina disinyalir berpengaruh sangat besar terhadap pemangkasan pertumbuhan ekonomi global. Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global, dari semula 4,1 persen menjadi hanya 2,9 persen. INDEF menilai bahwa invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan adanya pembatasan akses gas, minyak, dan komoditas, sehingga imbasnya terjadi kenaikan harga energi, komoditas, hingga pangan. Kondisi itu tidak hanya mengganggu perekonomian di wilayah Eropa Timur, tetapi juga terhadap dunia secara keseluruhan.

Oleh karena itu, dampak Rusia-Ukraina masih terus berlangsung sampai proses perangnya selesai. Ekonomi global masih digencarkan oleh pemerintah setempat seperti bantuan komoditas hingga pertumbuhan ekonomi meningkat berdasarkan permintaan ekspor dan Impor Rusia-Ukraina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun