Mohon tunggu...
Wildanwahyudin
Wildanwahyudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Wildan Wahyudin Dengan sebutan bng Willy adalah seorang mahasiswa aktif semester 2 yang tak terlihat oleh publik ia kerap bersenang senang dengan bertraveling.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar Dari yang Tak Dapat Melanjutkan Pendidikan

21 Juni 2022   19:57 Diperbarui: 21 Juni 2022   20:09 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu aku sedang sarapan dengan tenang tiba-tiba tersedak karena melihat jam sudah menunjuk pukul 7. Bergegas aku ambil sepeda dan kemudian berangkat Aku menggoes sepedaku . Sialnya gerbang sekolah sudah ditutup dan pak satpam dengan wajah kesal berkata padaku di balik gerbang.

Lalu dibukakannya pintu gerbang itu, namun aku dan beberapa murid lain dihukum dengan berdiri di lapangan futsal sampai jam pertama selesai. Aku melirik ke pos satpam, disana terdapat laki-laki berumur yang setiap pagi datang dan bekerja sampai sore hari.

Namanya adalah Pak Burhan, tapi anak-anak sering memanggilnya "Mamang Han", entah aku tak tau siapa pencetus panggilan tersebut pada Pak Burhan. Dia sangat popular di sma ku karena dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya murid laki-laki.

Lama setelah itu aku juga semakin akrab dengan satpam tersebut, yang kawan-kawanku selalu memanggilnya "Mamang". Pernah suatu ketika dia menceritakan kepadaku dan kawan-kawanku tentang kisahnya sewaktu seusia kami.

"Dulu, Mamang pernah sekolah seperti kalian. Belajar giat dan bersungguh-sungguh. Tapi apalah daya mamang tidak bisa melanjutkannya hingga selesai, karena orang tua mamang tidak bisa membiayai sekolah mamang" imbuh dia dengan senyum menutupi.

"Kalian, harus memanfaatkan kesempatan kalian ini untuk menimba ilmu disini sebanyak yang kalian bisa agar bisa sukses. Kenapa mamang memarahi kalian karena mamang tak mau kalian senasib dengan mamang yang hanya mendapat gaji tak seberapa" sambungnya.

Dia kemudian melanjutkan ceritanya. Ternyata di rumahnya dia menyediakan perpustakaan mini untuk para tetangganya yang ingin sekolah namun terkendala ekonomi keluarga. Aku pun sangat kagum dengan perjuangan Pak Burhan. Ditengah biaya hidup yang semakin susah, kulit kian keriput serta rambut kian memutih, dia masih bisa membantu orang-orang di sekitarnya, panjang umur hal-hal baik...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun