Mohon tunggu...
Wildan Sahidillah
Wildan Sahidillah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia

Banyak membaca, banyak tahu, banyak belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Kita Haus akan Berita?

31 Maret 2023   21:55 Diperbarui: 31 Maret 2023   22:03 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selama ini kita mengenal koran sebagai sumber utama informasi. Namun, selang berjalannya waktu, koran kini mulai pudar, digantikan oleh media informasi digital. Dengan mudahnya orang tinggal mengetik di gawainya, "cling" lalu muncul apa yang diinginkan. Media massa digital atau bisa kita sebut dengan media informasi digital yang jumlahnya terus bertambah, kini bersaing menjadi terdepan dalam memberikan informasi terkini dan teraktual.

Masalahnya, apakah media tersebut benar-benar aktual, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya? Saya mengikuti seorang mantan Jurnalis Vox, yaitu Johny Harris. Dalam salah satu video unggahannya di Youtube, ia menjelaskan bahwa dia adalah seorang jurnalis, tapi membenci berita, I'm a Journalist Who Hates The News (https://www.youtube.com/watch?v=BkUH2tP8PYw). Inilah yang memantik pikiran saya mengapa saya makin ke sini juga ikut membenci berita. 

Namun, saya tidak ingin akan menjelaskan apa alasan Johnny Harris, tapi saya akan menekankan pada hal-hal; Apakah kita benar-benar membutuhkan berita dalam kehidupan sehari-hari? Apakah benar-benar kita haus akan berita? Lalu, bagaimana mereka memproduksi berita tersebut?

Betapa banyaknya kini kita mengenal media-media informasi yang dahulu belum ada, namun sekarang sudah menjamur hingga kita tidak bisa menghindari adanya informasi yang berasal dari media tersebut. Selain itu, yang mendorong banyaknya informasi tersebut adalah isinya yang menarik. Menarik di sini adalah menarik pembaca, bukan berarti isinya benar-benar menarik untuk dibaca. Cara yang dilakukan oleh media informasi digital tersebut dengan menggunakan strategi yang kita kenal dengan istilah clickbait. 

Clickbait sering digunakan dalam rangka untuk menarik pembaca/penonton. Clickbait adalah istilah yang kita ketahui tentang suatu judul yang menggoda dan menarik pembaca untuk membacanya. Pada judul berita clickbait, biasanya terdapat bahasa-bahasa yang bersifat provokatif. Maksudnya adalah judul-judul tersebut memancing rasa penasaran pembaca untuk membuka berita tersebut, namun setelah dibuka, isi berita tidak berhubungan atau bahkan sama sekali tidak berkaitan dengan hal tersebut.

Saat ini kita tidak hanya menghadapi era clickbait saja, tapi fake news/hoax adalah ancaman yang kita perlu mengatasinya bersama-sama. Fake news adalah berita bohong tapi juga berita yang tidak berisi, hanya mengandalkan judul-judul yang clickbait. Judul-judul tersebut terkesan mengejutkan bahkan ke arah mencengangkan. 

Siapa orang yang tidak tertarik dan ingin membaca berita yang sebegitu mencengangkan? Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai hal tersebut, hendaknya kita mengingat kembali, bahwa dengan adanya berita-berita yang mencengangkan tersebut, tentu ada pasar yang siap untuk dituju. Seperti lagu dari Efek Rumah Kaca, "Pasar bisa diciptakan". Pasar ini adalah tujuan atau konsumen berita tersebut.

Ketika kita mencari di laman pencarian, akan muncul berita-berita dengan judul yang aneh, bisa disebut dengan judulnya mengandung clickbait. Beberapa contoh judul yang sifatnya clickbait adalah sebagai berikut; Akhirnya Terungkap Sosok Artis Inisial R dan P di Kasus Rafael Alun, Iskandar: Orang Kaya Baru, Teka-teki Artis R Terlibat Kasus Rafael Alun, Ini Daftar Anak Band Inisial R, Ada Ipar Raffi Ahmad.

Tidak perlu lagi saya menjelaskan secara panjang lebar, pasti pembaca sudah paham ke mana arah berita tersebut.

Sebelum kita memahami mengenai suatu pemberitaan, judul harusnya sudah menjelaskan inti permasalahan yang dibahas. Akan tetapi, kita sering menemui bahwa judul-judul tersebut dibuat dengan bahasa yang menohok, membuat seseorang tertarik dan penasaran untuk membukanya. 

Saya tidak menyalahkan judul-judul yang bernada clickbait, tapi judul dan isi saya rasa haruslah sinkron dan isinya berbobot. Dan tidak salah pula kalau berita isinya tidak berbobot, karena bukan karya ilmiah atau hasil penelitian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun